Terima kasih Atas kunjungannya

Rabu, 26 September 2012

Obyek wisata upacara adat/ ritual Indonesia. ( 2 ).



Ritual Mandi Syafar.
Kecamatan Rupat Utara, kabupaten Bengkalis, Riau.

Foto 1 dari  1Ritual Mandi Syafar
Selain memiliki hari mulia dan bulan suci, sebagian besar masyarakat juga mempunyai hari naas dan bulan sial. Dalam tradisi masyarakat Melayu, hari Rabu terakhir pada bulan Syafar diyakini sebagai hari naas atau Rabu Cepuk.
Ritual yang digelar diatas hamparan pasir putih bertambah meriah dengan diadakannya berbagai perlombaan seperti sepak takraw, panjat pinang, perahu jong, layang-kayang, berenang melintasi selat Malaka dan lain sebagaainya.
Ritual makin semarak dengan penampilan tari-tarian yang diiringi dengan musik khas Melayu. Disela-sela ritual berlangsung, wisatawan akan disuguhi dengan atraksi tari Zapin (tarian magis diatas bara api yang sedang menyala oleh suku Akit), tari Makyong, permainan gasing, permainan sumpit dan lain sebagainya. Ritual mandi Syafar dipusatkan di pantai Rupat, kecamatan Rupat Utara, kabupaten Bengkalis, propinsi Riau.


Upacara Buang Jong.
Kabupaten Belitung, Bangka Belitung.

Foto 1 dari  1Upacara Buang Jong yang dilakukan oleh masyarakat suku Sawang di Pulau Belitung
Buang jong merupakan salah satu upacara tradisional yang secara turun temurun dilakukan oleh masyarakat suku Sawang di pulau Belitung. tradisi buang jong biasanya dilakukan menjelan angin musim barat berhembus, yakni antara bulan Agustus sampai Nopember dimana pada bulan-bulan tersebut angin dan ombak laut sangat ganas dan mengerikan.
Upacara ini sendiri bertujuan untuk memohon perlindungan agar terhindar dari bencana yang mungkin dapat menimpa mereka selama mengarungi lautan untuk menangkap ikan.
Upacara buang jong biasanya diadakan dikawasan pantai yang dekat dengan perkempungan suku Sawang, salah satunya di Tanjung Pendam, kecamatan Pandan, kabupaten Belitung, Propinsi Bangka Belitung.


Upacara adat Aruh Baharin.
Kabupaten Halangan. Kalimantan Selatan.

Foto 1 dari  1Tokoh spritual adat (balian) Dayak memantrai sesaji
Pada awalnya Aruh Baharin merupakan upacara adat yang dihelat oleh masyarakat Dayak Halongan pemeluk agama Kaharingan (agama suku Dayak) setelah musim panen padi ladang (pahumaan) usai.
Namun dalam perkembangan selanjutnya upacara adat yang diwariskan secara turun-temurun ini juga digunakan untuk mensyukuri hasil usaha lainnya, seperti berdagang beternak, nelayan dan lain sebagainya. Begitu pula pelaksanaannya yang tidak hanya diikuti oleh masyarakat Dayak pemeluk agama Kaharingan, tapi juga oleh pemeluk dari berbagai agama yang terdapat di desa Kapul dan sekitarnya.
Upacara adat Aruh Baharin dihelat di desa Kapul, kecamatan Halong, kabupaten Halangan, propinsi Kalimantan Selatan.


Upacara Adat Macceratasi.
Kabupaten Kotabaru, propinsi Kalimantan Selatan.

Foto 1 dari  1Pantai Gedambaan, lokasi Upacara Adat Macceratasi.
Macceratasi adalah sebutan untuk pesta atau upacara adat menumpahkan darah hewan ke laut yang biasa dilakukan oleh masyarakat pesisir Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Upacara ini memiliki kemiripan dengan upacara adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat nelayan di Nusantara, seperti Hajat laut di pantai Pangandaran, Jawa Barat, Festival Galesong di Takalar, Sulawesi Selatan, Petik Laut di Malang, Jawa Timur, serta Festival Samboja di Samboja, Kalimantan Timur. Dengan melarungkan benda, makanan, atau bagian tubuh hewan (seperti kepala atau darah hewan) ke tengah laut sebagai simbol memberikan makanan bagi laut dengan harapan laut akan selalu menjamin rezeki para nelayan yang menggantungkan hidup darinya.
Upacara adat Macceratasi dilaksanakan di pantai Gedambaan, kecamatan Pulaut Utara, kabupaten Kotabaru, propinsi Kalimantan Selatan.


Pesta adat Mallassuang Manu.
Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Foto 1 dari  1Melepaskan ayam jantan dan betina pada Pesta Adat Malassuang Manu.
Mallassuang manu adalah sebutan bagi ritual adat melepas beberapa pasang ayam sebagai bentuk permohonan meminta jodoh kepada Tuhan yang Maha Esa, yang dilakukan secara turun temurun di pulau Cinta, sebuah pulau kecil berbentuk hati di perairan tenggara Kalimantan, kabupaten Kotabaru.
Usai melepas pasangan ayam tersebut, para muda-mudi mengikatkan pita atau tali rafia (yang di dalamnya telah diisi dengan batu atau saputangan yang indah) diatas dahan atau pepohonan yang terdapat di pulau Cinta sebagai perlambang agar memperoleh jodoh yang tidak akan terputus ikatan tali perjodohannya sampai maut menjemput.
Pesta adat Mallassuang manu diadakan di teluk Aru dan pulau Cinta, kecamatan Laut Selatan, kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.


Ritual Ngaben.

Foto 1 dari  1Iring-iringan menara Bade pada Ritual Ngaben keluarga Puri Ubud.
Ngaben, yaitu ritual pembakaran mayat sebagai simbol penyucian roh orang meninggal. Ritual Ngaben biasanya diselenggarakan secara meriah dan mengikutsertkan ratusan hingga ribuan orang yang terdiri dari sanak saudara maupun penduduk banjar (setingkat dengan Rukun Warga) setempat.
Dengan menyaksikan upacara Ngaben, wisatawan dapat merasakan bagaimana kuatnya kekerabatan dalam masyarakat Bali.
Upacara Ngaben dapat dikatakan hampir merata dilaksanakan di seluruh wilayah propinsi Bali, tapi pelaksanaannya sangat tergantung pada pihak penyelenggara, yaitu keluarga terdekat.


Upacara Adat Pukul Sapu.
Kabupaten Maluku Tengah. Maluku.

Foto 1 dari  1Upacara Adat Pukul Sapu
Upacara adat yang tergolong ekstrem ini digelar setiap tanggal 7 Syawal dalam perhitungan kalender Hijriah/ kalender Islam, atau pada hari ketujuh setelah hari raya Idul Fitri.
Upacara adat Pukul sapu atau baku pukul menyapu dan pukul menyapu ini adalah tradisi umat Islam Maluku, namun upacara ini juga dihadiri dan melibatkan umat kristen di daerah tersebut, terutama mereka yang memiliki ikatan kekerabatan (pela) dengan masyarakat 2 desa adat.
Upacara adat Pukul sapu dipusatkan di Stadion Hutusela desa Morella dan di pelataran Masjid Al-Mutaqin desa Mamala, kecamatan Leihitu, kabupaten Maluku Tengah, propinsi Maluku.


Upacara Adat Kololi Kie.
Kota Ternate, Maluku Utara.

Foto 1 dari  1Masyarakat adat Ternate bersiap melaksanakan Upacara Adat Kololi Kie
Upacara adat Kololi kie biasanya diadakan apabila terdapat gejala alam yang menandai bakal meletusnya gunung Gamalama yang dapat mengganggu ketenangan masyarakat Ternate, namun dalam perkembangannya upacara adat ini juga menjadi ritual pihak kesultanan dalam menghormati leluhur-leluhur mereka.
Selain dapat mengikuti pelayaran Kololie Kie, wisatawan juga dapat menyaksikan berbagai pertunjukan kesenian, karnaval budaya, pameran kerajinan, serta berbagai perlombaan tradisional khas Maluku Utara.
Pelaksanaan upacara Kololie kie dimulai dari jembatan Dodoku Ali, di depan kedaton Sultan Ternate, Maluku Utara, dari jembatan tersebut upacara mengelilingi gunung Gamalama dimulai hingga kembali lagi ketempat semula.


Upacara adat Hanta Ua Pua.
Kabupaten Bima. Nusa Tenggara Barat.

Foto 1 dari  1Penghulu Melayu di Atas Uma Lige
Upacara adat Hanta Ua Pua juga dikenal dengan nama Dana Mbojo ini sarat dengan simbol-simbol dan nilai-nilai agama Islam ini dimeriahkan dengan berbagai kegiatan dan perlombaan.
Upacara ini dimulai dari kampung Melayu dan berakhir di depan istana kerajaan Bima. Masyarakat yang menyaksikan upacara ini terpesona melihat aneka hiasan dan pernak-pernik perlengkapan upacara yang menyimbolkan keagungan agama Islam, kemuliaan adat Melayu dan kebesaran kerajaan Bima.


Pesta Bakar Batu.
Kabupaten Jayawijaya. Papua.

Foto 1 dari  1Pesta Bakar Batu
Pesta Bakar batu, oleh masyarakat Paniai disebut 'gapi' atau 'mogo gapi', masyarakat Wamena menyebutnya 'kit oba isago', sedangkan masyarakat Biak menyebutnya dengan 'barapen' yang nampaknya menjadi istilah yang paling umum digunakan.
Pesta bakar batu juga merupakan ajang untuk berkumpul bagi warga yang memperlihatkan betapa tingginya solidaritas dan kebersamaan masyarakat Papua serta sebagai ungkapan saling memaafkan antar warga, sehingga pesta Bakar batu merupakan acara yang paling dinantikan oleh warga suku-suku pedalaman Papua. Demi mengikuti pesta ini mereka rela menelantarkan ladang dengan tidak bekerja selama berhari-hari, selain itu mereka juga bersedia mengeluarkan uang dalam jumlah yang besar untuk membiayai pesta ini.
Pesta ini sering diadakan dikawasan Lembah Baliem. distrik Wamena, kabupaten Jayawijaya, Papua.


Upacara Cembengan.
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Foto 1 dari  1Upacara Cembengan
Upacara kirab manten tebu atau yang lebih dikenal dengan Upacara Cembengan semula merupakan ritual untuk meminta keselamatan dan hasil gula yang baik.
Selain ritual doa bersama mengarak pasangan pengantin tebu, dalam rangkaian upacara cembengan tersebut juga digelar berbagai jenis kesenian, ada pagelaran wayang kulit, festival band, pertunjukkan ketoprak, pentas musik dan pasar malam.
Upacara ini dilakukan di komplek pabrik gula Madukismo yang berada di dusun Padokan, kelurahan Tirto Nirmolo, kecamatan Kasihan, kabupaten Bantul. Desa ini terletak sekitar 4 km ke arah baratdaya dari dari kota Yogyakarta.

Ritual Barong Ider Bumi.
Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Foto 1 dari  1Ritual Barong Ider Bumi
Menurut cerita yang beredar di masyarakat upacara ini dilakukan pertama kali pada tahun 1940 ketika terjadi pageblug (wabah penyakit) dan bencana di desa Kemiren.
Saat ini selain sebagai ritual penolak bala Barong ider bumi juga dijadikan sebagai upacara kesuburan. Dengan melakukan ritual ini mereka berharap mendapatkan keselamatan, penyembuhan, kesuburan dan pembersihan diri dari semua kesalahan yang pernah mereka lakukan pada tahun sebelumnya.
Ritual barong ider bumi adalah mengarak Barong mengitari desa yang diawali dengan pertunjukkan tari-tarian di halaman balai desa, lalu rombongan arak-arakan mulai berjalan mengitari kampung diiringi dengan permainan angklung para sesepuh desa.
Tradisi barong ider bumi dilaksanakan oleh masyarakan using yang tinggal di desa dKemiren, kecamatan Glagah, kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.


Upacara Cing-cing Goling.
Kabupaten Gunung Kidul. Daerah Istimewa Yogyakarta.

Foto 1 dari  1Upacara Cing-cing Goling
Upacara Cing Cing Goling dapat diartikan sebagai upacara selamatan atau ungkapan rasa syukur yang setiap tahun dirayakan di dusun Gedangan, desa Gedangrejo, kecamatan Karangmojo, kabupaten Gunungkidul.


Upacara adat Saparan Bekakak.
Kabupaten Sleman. Daerah Istimewa Yogyakarta.

Foto 1 dari  1Penyembelihan Bekakak di Altar Gunung Kiling
Ritual Saparan Bekakak digelar sebagai bentuk permohonan keselamatan warga Gamping, disebut demikian karena menggunakan sepasang bekakak sebagai pelengkap upacaranya.
Upacara adat Saparan Bekakak biasa dilaksanakan di desa Ambarketawang, kecamatan Gamping, kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sedangkan prosesi penyembelihan pengantin bekakak akan dilaksanakan di gunung Gamping, kurang lebih 2 kilometer dari lapangan desa Ambarketawang.


Adu Betis (Mappalanca).
Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

Foto 1 dari  1Adu Betis Maros
Adu betis (mappalanca) adalah permainan rakyat yang biasa dilaksanakan oleh masyarakat Sulawesi Selatan setelah masa panen, tradisi ini merupakan rangkaian dari sebuah pesta tahunan yang hingga saat ini masih dilaksanakan.
Karena tradisi itu diikuti oleh orang sedusun, maka acara pun dirancang tidak main-main, bahkan untuk urusan pendanaan merekapun bergotong royong mengumpulkan gabah, begitu juga dalam mengumpulkan uang.
Tradisi adu betis (mappalanca) terdapat di kecamatan Moncongloe, kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.


Upacara Tulude.
Kabupaten Kepulauan Sangihe. Sulawesi Utara.

Foto 3 dari  4Arak-arakan dalam Upacara Tulude
Upacara Tulude merupakan simbol ucapan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas kelimpahan rezeki dan berkat yang diberikan selama setahun lalu, yang digelar di wilayah kabupaten Kepulauan Sangihe, propinsi Sulawesi Utara.




Sumber :
http://www.wisatamelayu.com/id/tourism/22-Upacara-Adat-Ritual/15
http://www.wisatamelayu.com/id/tourism/22-Upacara-Adat-Ritual/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar