Terima kasih Atas kunjungannya

Selasa, 25 September 2012

Obyek wisata upacara adat/ ritual Indonesia. ( 1 )



Upacara tradisi bakar tongkang.
Kabupaten Rokan Hilir, Praopinsi Riau.

Foto 1 dari  8Upacara Tradisi Bakar Tongkang Tradisi Tionghoa Bagan Siapiapi
Ritual bakar tongkang/ perahu(go ge cap lak) merupakan salah satu wisata budaya tahunan yang menjadi andalan kabupaten Rokan Hilir dan Propinsi Riau.
Ritual khas warga keturunan Tionghoa Bagan Siapi-api ini digelar setiap tanggal 15 dan 16 bulan ke lima Imlek menurut hitungan kalender Cina.
Sehari sebelum ritual digelar, tongkang bersama replikanya yang terbuat dari kertas diarak beramai-ramai menuju kelenteng tertua di Bagan Siapi-api untuk diinapkan semalam, lalu dibakar beramai-ramai dilapangan terbuka keesokan harinya.
Ritual ini sangat unik dan merupakan satu-satunya yang ada di Indonesia.
Pengunjung dapat menyaksikan berbagai atraksi tari Barongsai, opera, tari-tarian tradisional khas keturunan Tionghoa, dan pertunjukan musik modern dengan mendatangkan artis-artis terkenal dari ibukota, bahkan ada yang didatangkan dari luar negeri.


Ritual Petang megang.
Kota Pekanbaru, Riau.

Foto 1 dari  2Ritual Petang Megang
Istilah Petang megang terdiri dari dua kata yaitu "petang" dan "megang". Petang artinya sore, sedangkan megang berarti memegang sesuatu atau ungkapan untuk memulai sesuatu atau benda tertentu sebagai tanda dimulainya ritual dan upacara.
Prosesi ritual megang diawali dengan melaksanakan shalat Ashar berjama'ah di Masjid raya Senapelan (Masjid raya Pekanbaru), kemudian dilanjutkan dengan berziarah ke makam pendiri kota Pekanbaru Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah atau yang lebih populer disebut Marhum Pekan yang terletak disebelah kanan Masjid Raya Senapelan.
Yang menarik dalam ritual ini adalah digelarnya kegiatan keagamaan dalam nuansa kebersamaan, seperti meleburnya masyarakat kota Pekanbaru yang heterogen, juga menyatunya nilai-nilai agama dan kultural dalam satu event.
Hal lain yang menarik adalah arak-arakan masyarakat memakai pakaian adat Melayu Riau, dan barisan ibu-ibu setempat membawa makanan tradisional menuju tepi sungai Siak.
Tempat berbagai kegiatan dan perlombaan digelar, seperti tari-tarian dan lagu-lagu Melayu diatas panggung terbuka, perlombaan perahu hias, dan menangkap itik dari atas perahu, juga menjadi daya tarik pelancong ketika mengikuti prosesi ritual ini.


Upacara adat Rambu Solo.
Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan.

Foto 1 dari  4Upacara Adat Rambu Solo
Rambu Solo adalah upacara adat kematian masyarakat Tana Toraja yang bertujuan untuk menghormati dan mengantarkan arwah orang yang meninggal dunia menuju alam roh.
Upacara ini sering juga disebut upacara penyempurnaan kematian. Oleh karena itu, masyarakat setempat menganggap upacara ini sangat penting, sehingga dengan cara apapun masyarakat Tana Toraja akan mengadakannya sebagai bentuk pengabdian kepada orang tua mereka yang meninggal dunia.
Puncak dari upacara rambu solo disebut dengan upacara rante yang dilaksanakan disebuah "lapangan khusus".
Selain itu, juga terdapat berbagai atraksi budaya yang dipertontonkan, diantaranya adu kerbau (mappasilaga tedong), kerbau-kerbau yang akan dikorbankan diadu terlebih dahulu sebelum disembelih, dan adu kaki (sisemba).
Dalam upacara tersebut juga dipentaskan beberapa musik, seperti pa'pompan, pa;dali-dali dan unnosong, passailo dan pa'pasilaga tedong.


Upacara adat Accera Kalompong.
Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Foto 1 dari  2Upacara Adat Accera Kalompong di  Kabupaten Gowa
Accera kalompoang merupakan upacara adat untuk membersihkan benda-benda pusaka peninggalan kerajaan Gowa yang tersimpan di Museum Balla Lompoa.
Inti dari upacara ini adalah alangiri kalompoang, yaitu pembersihan dan penimbangan salokoa (mahkota) yang dibuat pada abad ke 14.
Mahkota ini pertama kali dipakai oleh raja Gowa I Tumanurunga, yang kemudian disimbolkan dalam pelantikan raja-raja Gowa berikutnya. Sejak itu raja-raja Gowa berikutnya terus melaksanakan upacara Accera Kalompoang ini sampai sekarang.
Pernah suatu ketika timbangan mahkota tersebut berkurang dan terbukti terjadi tanah longsor di Bawakaraeng yang menelan korban jiwa, jika timbangan bertambah, maka itu menjadi pertanda akan datang kemakmuran bagi masyarakat Gowa.
secara logika, kejadian yang aneh itu sangat sulit untuk dipercaya. Namun karena telah terbukti, para keturunan raja-raja Gowa serta masyarakat umum sudah meyakininya, maka mereka senantiasa mendukung dan memelihara tradisi upacara Accera Kalompoang yang mereka anggap sakral ini.


Upacara Adat Garebeg Keraton Yogyakarta.
Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Foto 1 dari  4Upacara Adat Garebeg Keraton Yogyakarta
Upacara adat Garebeg Keraton Yogyakarta merupakan upacara adat yang diadakan sebagai kewajiban Sultan untuk menyebarkan dan melindungi agama Islam.
Upacara ini lebih dikenal dengan nama grebeg dan diadakan pertama kali oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I (1755 - 1792).
Upaca Garebeg diadakan tiga kali dalam setahun, pada tanggal-tanggal yang berkaitan dengan hari besar agama Islam, yakni Garebeg Syawal, Garebeg Maulud dan Garebeg Besar.
Garebeg Syawal dilaksanakan sebagai bentuk ungkapan syukur dari keraton setelah melampaui bulan puasa, dan sekaligus menyambut datangnya bulan Syawal.
Gerebeg Maulud diadakan untuk merayakan dan memperingati hari kelahiran nabi Muhammad SAW.
Sedangkan Gerebeg Besar diselenggarakan untuk merayakan Idul Adha yang terjadi dalam bulan zulhijah, yang dalam kalender Jawa sering disebut sebagai bulan besar. Keseluruhan upacara garebeg diadakan di tiga tempat berbeda, namun letaknya berdekatan.
Upacara berawal di Pagelaran Keraton Yogyakarta, kemudian berjalan melewati alun-alun utara, dan berakhir di Masjid Gedhe Kauman. Semuanya terletak di kota Yogyakarta.


Pesta Tabuik.
Kabupaten Padang Pariaman. Sumatera barat.

Foto 1 dari  1Pesta Tabuik diadakan setiap tanggal 1  sampai 10 Muharram (Kalender Islam)
Pesta tabuik dimaksudkan untuk memperingati kematian 2 cucu Nabi Muhammad SAw, yakni Hasan dan Husain yang memimpin kaum muslim melawan Bani Umayah dalam perang Karbala.
Tabuik adalah sebuah benda berbentuk keranda bertingkat 3 yang terbuat dari kayu rotan dan bambu. tabuik tersebut merupakan benda utama yang diarak di tepi pantai untuk dibuang ke laut.
Pesta Tabuik diadakan setiap tanggal 1 sampai 10 Muharram (kalender Islam) dimulai di Pasar Pariaman dan diarak ke Pantai gandoriah Pariaman di kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.


Upacara Rebo Kasan
Kabupaten Bangka. Bangka Belitung.

Foto 1 dari  1Upacara Rebo Kasan: Prosesi Tolak Bala Nelayan Air Anyer
Upacara adat Rebo Kasan adalah salah satu ritual masyarakat Melayu pesisir pantai di kabupaten Bangka yang akulturasi dan nilai-nilai religius, mitos dan legenda nenek moyang.
Inti upacara Rebo Kasan adalah ritual tolak bala (musibah) sekaligus harapan para nelayan agar hasil tangkapan melimpah.
Masyarakat percaya bahwa pada hari Rabu diakhir bulan Shafar, Tuhan menurunkan bencana, sehingga manusia dianjurkan untuk melakukan doa bersama yang kemudian dilanjutkan dengan pencabutan ketupat lepas sebagai tanda sudah dicabutnya bencana yang akan menimpa masyarakat.
Keunikan upacara ini adalah peserta ritualnya menggunakan jubah putih, kecuali tokoh agama (Islam) yang mengenakan jubah putih dengan surban dan aparat yang menggunakan seragam dinas.


Tradisi Perang Ketupat di Desa Tempilang.
Kecamatan Tempilang, kabupaten Bangka Barat. Bangka Belitung.

Foto 1 dari  3Tradisi Perang Ketupat di Desa Tempilang, Kecamatan Tempilang, Kabupaten Bangka Baratt
Perang ketupat merupakan salah satu ritual upacara mayarakat pantai pasir kuning, Tempilang, Bangka Barat.
Upacara ini dimaksudkan untuk memberi makan makhluk halus di daratan yang bertabiat baik dan menjaga desa Tempilang dari roh-roh jahat.
Keistimewaah upacara ini tampak pada kemasan acara yang penuh dengan tarian tradisional (tari Campak, tari Serimpang, tari Kedidi, tari Seramo, dan tari Kamei) serta upacara tambahan seperti upacara Penimbongan, Ngancak dan Nganyot Perae.
Dalam upacara ini pengunjung seakan dibawa masuk ke alam mistik, ketika tiba-tiba empat dukun secara bergantian tidak sadar (trance).


Upacara Adat Reba.
Kabupaten Nada, Flores. Nusa Tenggara Timur.

Foto 1 dari  1Upacara Adat Reba di  Kabupaten Ngada, Pulau  Flores
Reba merupakan upacara adat yang bertujuan untuk melakukan penghormatan dan ucapan terima kasih terhadap jasa para leluhur.
Upacara adat Reba biasa dilakukan 3 sampai 4 hari.
Sebelum pelaksanaan upacara tarian dan nyanyian diadakan misa inkulturasi di gereja yang dipimpin oleh imam atau romo upacara ini memang memadukan unsur adat dengan agama.


Tradisi Tumbilotohe.
Kota Gorontalo, Gorontalo.

Foto 1 dari  1Tradisi Tumbilotohe di Kota Gorontalo
Tumbilotohe dalam bahasa Gorontalo terdiri dari 2 suku kata, yaitu tumbilo berarti pasang, dan tohe berarti lampu.
Tradisi ini dilaksanakan pada 3 malam terakhir menjelang hari raya Idul Fitri, yaitu pada tanggal 27 hingga 30 Ramadhan mulai magrib hingga pagi hari. Ritual yang diselenggarakan selama 3 malam tersebut menjadi semakin meriah dengan adanya atraksi bunggo (meriam bambu) yang dimainkan oleh anak-anak Gorontalo. Dengan demikian para pengunjung dapat merasakan nuansa religiusitas dan solidaritas bersama masyarakat setempat.


Hombo Batu.
Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara.

Foto 1 dari  1Hombo Batu
Hombo (lompat) batu merupakan tradisi yang sangat populer pada masyarakat Nias, di kabupaten Nias Selatan.
Tradisi lompat batu adalah ritus budaya untuk menentukan kedewasaan seorang pemuda di desa Bawo Mataluo. Ada upacara ritual khusus sebelum para pemuda melompatinya.
 Sambil mengenakan pakaian adat mereka berlari dengan menginjak batu penopang kecil terlebih dahulu untuk melewati bangunan batu yang tinggi tersebut.


Upacara Posuo.
Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara.

Foto 1 dari  1Upacara Posuo di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara
Tradisi upacara Posuo yang berkembang di Sulawesi Tenggara (Buton) sudah berlangsung sejak zaman kesultanan Buton.
Upacara Posuo diadakan sebagai sarana untuk peralihan status seorang gadis dari remaja (labuabua) menjadi dewasa (kalambe),serta untuk mempersiapkan mentalnya.
Semua upacara Posuo dimaksudkan untuk menguji kesucian (keperawanan) seorang gadis. Biasanya hal ini dapat dilihat dari ada tidaknya gendang yang pecah saat ditabuh oleh para bhisa (pemimpin upacara Posuo). Jika ada gendang yang pecah, menunjukkan ada diantara peserta Posuo yang sudah tidak perawan dan jika tidak ada yang pecah berarti para peserta diyakini masih perawan.


Upacara Balimau Kasai.
Kabupaten Kampar, Riau. 

Foto 1 dari  1Upacara Balimau Kasai di Kampar
Balimau Kasai adalah sebuah upacara tradisional yang istimewa bagi masyarakat Kampar di propinsi Riau untuk menyambut bulan suci Ramadhan.
Acara ini biasanya dilaksanakan sehari menjelang masuknya bulan puasa, selain sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan memasuki bulan puasa juga merupakan simbol pembersihan dan penyucian diri. Balimau sendiri bermakna mandi dengan menggunakan air yang dicampur jeruk yang oleh masyarakat setempat disebut limau, sedangkan kasai adalah wangi-wangian yang dipakai saat berkeramas.
Acara Balimau Kasai biasanya dipusatkan di desa Batubelah, kecamatan Kampar, kabupaten Kampar, propinsi Riau.


Pesta adat Sayyang Pattudu.
Kabupaten Polewali, Mandar, Sulawesi Barat.

Foto 1 dari  1Tiriq atau pohon telur yang diarak keliling
Sayyang Pattudu (kuda menari) begitulah masyarakat suku Mandar, Sulawesi Barat menyebut acara yang diadakan dalam rangka untuk mensyukuri anak-anak yang khatam (tamat) Al Qur'an.
Pesta ini biasanya digelar sekali dalam setahun, bertepatan dengan bulan Maulid/ Rabi'ul Awwal (kalender Hijriah) dengan menampilkan atraksi kuda berhias yang menari sembari ditunggangi anak-anak yang mengikuti acara tersebut.
Rangkaian acara tahunan ini biasanya diikuti oleh lebih dari 50 peserta tiap tahunnya, para peserta terhimpun dari berbagai kampung yang ada di desa tersebut.


Ritual Robo-robo.
Kota Mempawah, kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat.

Foto 1 dari  1Ritual Robo-robo
Ritual Robo-robo merupakan napak tilas kedatangan Opu Daeng Menabon beserta pengikutnya dari kerajaan Matan ke kerajaan Mempawah yang konon menggunakan 40 perahu bidar.
Ritual ini biasanya dimulai selepas shalat Zuhur, dimana raja Istana Amaritubilah beserta para petinggi istana bertolak dari desa Benteng menggunakan perahu lancang kuning dan perahu bidar.
Perahu lancang kuning khusus digunakan oleh raja, sedangkan perahu bidar diperuntukkan bagi petinggi istana.
Dalam ritual Robo-robo dihidangkan berbagai masakan khas istana dan daerah setempat yang mungkin tidak lagi populer, seperti lauk opor ayam putih, sambal serai udang, selada timun, ikan masak asam pedas, dan sop ayam putih. Sebagai penganan pencuci mulut disuguhkan kue sangon, kue jorong, bingke ubi, putuh buloh, dan pisang raja. Sementara untuk minumnya disediakan air serbat, yang berkhasiat memulihkan stamina.
 Untuk memeriahkan ritual Robo-robo, biasanya ditampilkan aneka hiburan tradisional masyarakat setempat, seperti tundang (pantun berdendang), japin, dan lomba perahu bidar.


Pesta Rakyat Maras Taun.
Kabupaten Belitung, Bangka belitung.

Foto 1 dari  1Pesta Rakyat Maras Taun, di Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung
Maras taun pada awalnya merupakan acara peringatan bagi para petani padi ladang di desa Selat Nasik, Pulau Mendanau.
Pada perkembangannya pesta rakyat ini berubah tidak sekedar untuk memperingati panen padi, melainkan juga sebagai ungkapan syukur semua penduduk pulau, baik petani maupun nelayan.
Jika petani merayakan hasil panen padi, maka para nelayan merayakan musim penangkapan ikan tenggiri serta keadaan laut yang tenang.
Peristiwa Maras taun ini sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh masyarakat Selat Nasik saja, namun juga oleh beberapa desa di pulau Belitung, pulau Mendanau dan pulau-pulau kecil lain yang termasuk dalam kabupaten Belitung.
Maras taun dapat disaksikan di desa Selat Nasik, pulau Mendanau, kabupaten Belitung, propinsi Bangka Belitung.


Perayaan Festival Tabot di Kota Bengkulu.

Foto 1 dari  1Perayaan Festival Tabot di Kota Bengkulu
Upacara Tabot merupakan upacara tradisional masyarakat Bengkulu yang diadakan untuk mengenang kisah kepahlawanan Hussein bin ali bin Abu Thalib, cucu nabi Muhammad SAW yang wafat dalam peperangan di padang Karbala, Irak.
Saat ini hanya ada 2 tempat yang melaksanakan upacara ini, yaitu Bengkulu dan Pariaman, Sumatera Barat yang menyebutnya Tabuik.





Sumber :
http://www.wisatamelayu.com/id/tourism/22-Upacara-Adat-Ritual/30
http://www.wisatamelayu.com/id/tourism/22-Upacara-Adat-Ritual/15


4 komentar: