Tahun-tahun ini adalah tahun yang cukup berat bagi umat Kristiani di Indonesia. Berbagai macam cobaan datang silih berganti; bom, gangguan dan bahkan serangan dari oknum-oknum ekstremis garis keras dll dan terkadang pemerintah dan polisi.
Kita masih ingat beberapa masalah yang timbul, mulai dari penyerangan terhadap jemaat gereja, kerusuhan di Temanggung yang menelan korban beberapa gereja, penusukan terhadap umat Kristiani, beberapa teror bom, hingga masalah klasik yang tak kunjung berakhir : sulitnya mencari izin membangun tempat ibadah dari instansi pemerintah yang mengakibatkan munculnya tempat ibadah “tak berizin” di mana-mana.
Saya tak ingin membahas kerusuhan-kerusuhan tersebut, sudah banyak yang membahas. Saya hanya ingin berkomentar tentang sikap orang Kristiani tentang hal ini ini.
Kita tahu bahwa beberapa dari umat Kristiani sendiri mulai mendendam dan ingin membela diri terhadap ketidakadilan ini, sekarang banyak sekali ungkapan bernada protes di jejaring sosial (termasuk dari saya), ungkapan2 bernada kemarahan, dan sebagian kecil bahkan mulai membela diri secara fisik ataupun mulai terpikir untuk membalas dendam dan lain-lain
Sebagai umat dari sebuah agama yang berumur lebih dari 2000 tahun, seharusnya kita bisa lebih pandai dan belajar dari sejarah kita sendiri :
Gereja Perdana awalnya adalah sebuah komunitas kecil di Kekaisaran Romawi yang sudah beragama paganism selama 750 tahun. Paganisme dalam Kekaisaran Romawi adalah mengakomodasi Tuhan/Dewa semua agama dalam kerangka politheisme Romawi. Semua Dewa tersebut disejajarkan dan diberi nama Romawi baru untuk mempermudah asimilasi penduduk menjadi Romawi. Dalam perkembangannya, otoritas Romawi yang melihat bahwa agama baru yang perlahan-lahan bertambah jumlahnya ini dapat menjadi sumber masalah di kemudian harinya karena perkembangannya cukup pesat dan ajarannya tidak mengakui dewa-dewa Romawi yang lain dan tidak mau diasimilasi oleh Roma.
Maka dimulailah penindasan yang kejam terhadap umat Kristiani gereja perdana. Kita sudah lama tahu tentang cerita tentang Santo Stefanus, Petrus, Paulus, Santa Perpetua dan Felisitas, bahkan si kecil Santa Cecilia dan Santo Tarsisius. Mereka disalib, digantung, dipancung, dan diumpankan kepada hewan buas di Coliseum. Namun seperti tertulis dalam kisah-kisah orang kudus tersebut, gereja perdana tidak pernah melawan balik, dan santo santa tersebut biasanya hanya menyerahkan diri seraya memohon ampunan kepada Tuhan bagi orang-orang yang menghukum mati mereka tersebut.
Hal yang ajaib adalah walaupun selalu ditindas dan terkadang dibantai secara massal, jumlah anggotanya tidak berkurang, tetapi malah bertambah. Dan pada akhirnya anggota keluarga Kaisar Romawi pun memeluk agama baru tersebut, puncaknya adalah Santa Helena, ibu dari Kaisar Roma sendiri yang bahkan melakukan perjalanan ke Yudea untuk mencari salib yang dipakai oleh Yesus sendiri dan menemukannya. Putranya, Constantine the Great, menjadi Kaisar Roma pertama yang memeluk agama Kristen.
Menurut saya itu adalah Kekerasan selalu gagal
Sejarah selalu mencatat bahwa umat Kristiani tidak pernah berhasil melakukan sesuatu dengan kekerasan
Mungkin banyak umat Kristiani yang tidak mengetahui detil tentang Perang Salib. Jarang sekali pastor atau guru agama menyinggung masalah ini, karena ini adalah yang sebenarnya ingin dilupakan karena sangat tidak sesuai dengan semangat Kristiani, dan ingat, terjadi di saat gereja Katolik sedang berada dalam keadaan moral yang sangat buruk karena berkuasa
Singkat kata, perang salib adalah ambisi dari kepausan yang terlalu berkuasa dan korup untuk menguasai tanah suci Yerusalem dan sekitarnya dengan pedang dan religious fervor. Inilah contoh ideal dari kekerasan atas nama agama yang pernah dilakukan umat Kristiani. Hasilnya? GATOT. Gagal total.
Uang dari kerajaan-kerajaan Eropa habis. 2.000.000 sampai 6.000.000 orang Kristen meninggal yang menimbulkan dendam terhadap umat Kristiani yang masih ada sampai sekarang dan dijadikan alasan menjauhi Christianity oleh umat Muslim dan eastern orthodox church,
Tapi yang paling fatal adalah jatuhnya Kekaisaran Romawi Byzantine Empire dan kepausan sendiri. Kekaisaran Romawi sebenarnya masih hidup sampai saat itu walaupun sudah melemah. Dan sebenarnya yang pertama kali memohon kepada Paus agar mengirim pasukan salib adalah kaisar Romawi (Byzantium) sendiri karena merasa wilayahnya mulai terancam pasukan Turki. Setelah perang panjang, pada akhirnya kekaisaran Romawi tidak mendapatkan kembali tanahnya, dan karena beberapa kesalahpahaman, kekaisaran tersebut malah diserang sendiri oleh pasukan salib yang menghancurkan ibukotanya, Constantinople (sekarang Istanbul, Republik Turki)
Serangan tersebut menghancurkan kekuatan kekaisaran Romawi sehingga 300 tahun kemudian kekaisaran tersebut musnah dihancurkan oleh pasukan Turki (Kekhalifahan Ottoman).
Tentang jatuhnya kepausan?
Perang tersebut mengakibatkan turunnya kekuasaan raja-raja dan kaum bangsawan karena mereka membutuhkan banyak uang untuk menginvasi negara yang berada di benua yang berbeda. Mereka kehabisan uang dan akhirnya harus meminjam uang dari pedagang. Ditambah dengan pajak perang salib yang dibebankan kepada rakyat, hal ini menyebabkan meningkatnya sentimen negatif terhadap kepausan. Perang tersebut membuka mata banyak orang bahwa perang tersebut bukanlah perang untuk Tuhan, dan secara moral banyak hal yang tidak dapat dibenarkan dari perang itu. Perang tersebut memacu pertanyaan-pertanyaan seperti, “Apakah benar kepausan selalu benar? Apakah semua ini untuk Tuhan dan bukan untuk penguasa?” yang pada akhirnya menjatuhkan kekuasaan kepausan atas negara-negara dan memecah umat Kristiani menjadi banyak faksi seperti sekarang ini.?
Kekerasan hanya membawa kehancuran bagi umat Kristiani.
Tapi seandainya kita lebih mau membaca kitab suci dan benar-benar berpikir, tidak hanya asal membaca, mungkin kita dapat terbawa ke:
Injil tidak pernah mengajarkan kekerasan
Dia berkata, “siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.”
Dia juga berkata, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”
Dan akhirnya, contoh terbesar darinya adalah Paskah ini. Dia menyerahkan diri kepada orang-orang yang memusuhinya, menyerahkan diri untuk disalib dan tidak melawan sama sekali, dengan kata-kata pun tidak.
Sepertinya kita harus mengubah cara pandang kita. Kalau ada kekerasan, marilah kita hadapi dengan senyuman dan kita doakan supaya mereka diampuni. Kita tidak usah bersungut-sungut atau marah-marah atau ingin melawan atau membela diri. Toh Yesus mengajarkan kepada kita untuk menyayangi sesama. walaupun di jaman sekarang hal ini nyaris mustahil
Sumber : http://sastrowijoyo.wordpress.com/2011/04/27/sekelumit-renungan-paskah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar