Terima kasih Atas kunjungannya

Sabtu, 15 Oktober 2011

Suatu saat, Tuhan menjumpaiku, Dia menyapaku...



Suatu ketika, saya bersama dengan pikiran yang nakal ini bertanya kepada seorang sahabat dekat yang juga seorang pastor. Pastor, bisakah saya menjadi seorang pengikut Kristus (Kristiani) tanpa harus memeluk agama Kristen (Katolik tentu termasuk Kristen karena pengikut Kristus)? tanya saya tanpa bermaksud menguji.

Sejenak ia menghela napas kemudian menjawab dengan tenang sambil menatap dalam mata saya. Kalau kamu bertanya dan saya harus menjawab dalam kapasitas saya sebagai seorang pastor, tentu saya akan menjawab tidak. Namun jika kamu bertanya dan saya harus menjawab dalam kapasitas saya sebagai seorang sahabat, saya akan menjawab, bisa, ujarnya penuh ketulusan.

Mengapa? saya bertanya karena ingin lebih tahu.

Kristiani adalah sebuah sikap hidup. Sikap hidup yang menempatkan Yesus sebagai teladan iman. Kalau mau jujur, bukankah agama Kristen bukan dibuat oleh Yesus? Yesus tidak membuat agama kan? katanya.

Maka saya agak muak juga ketika bekerja di satu perusahaan dan pemilik perusahaan itu berkata pada saya. Kamu ini rajin dan baik, tapi kamu punya satu kekurangan yang amat mendasar. Yaitu kamu tidak seagama denganku. Jadi, kamu tak mungkin masuk surga, katanya dengan nada mantap.

Saya cuma tersenyum dan sedikit berkomentar dalam hati. Hebat sekali dia. Seolah – olah dia yang memegang kunci surga. Bisakah ia memberi jaminan kalau saya pasti masuk surga bila pindah ke agamanya. Bukankah masuk surga itu urusan Yang Mahakasih dan Mahasayang? kata saya dalam hati. Sengaja saya tak mau berdebat dengan dia. Mengapa? Karena Tuhan bukan kata-kata dan Tuhan bukan agama. Tuhan, ya, Tuhan.

Tak berlebihan jika seorang teman pernah berujar, orang-orang atheis terkadang hidupnya baik. Mereka toleran, suka menolong, tidak pelit, dsb. Jadi seharusnya kita yang beragama ini punya nilai plus (added value) yang memang bisa kita banggakan. Bukan nilai plus semu.

Nasihat Nurcholish Madjid dalam buku Teologi Inklusif Cak Nur, mungkin ada baiknya direnungkan. Agama Yahudi dan Nasrani tidak kafir. Bagaimana kita bisa mengatakan agama Nasrani kafir padahal kita harus percaya kepada Nabi Isa (Yesus) dan kitab Injil? Tidak ada yang namanya monopoli surga atau neraka. Jangan suka memasukkan orang ke neraka atau mengklaim kebenaran sendiri karena itu namanya tirani pikiran, demikian kata Cak Nur, seorang tokoh cendekiawan Muslim yang amat saya hormati dan kagumi. Matur Suwun, ya Cak karena telah menyadarkanku.


Dikutip dari buku KETIKA IA MENYAPAKU, Paulus Winarto, Obor.



NASKAH KRISTIANI

Sahabatku, Saat engkau sedang cemberut dan bermuka muram karena engkau tidak sanggup menyelesaikan masalahmu sendiri.
Tuhan bertanya kepadamu, Siapakah Aku ini bagimu? Mengapa engkau enggan mengundang-Ku terlibat dalam masalahmu?

Saat engkau tidak mampu mendidik anakmu, bahkan putus asa, karena kenakalan anakmu yang sulit diatasi.
Tuhan berbisik di telingamu, Kenapa engkau diam, tidak bertanya pada-Ku? Aku mau mengajarimu mendidik anakmu!

Saat engkau tidak lagi mampu mencintai suami, isteri, dan anak-anakmu, saudaramu serumah, karena masa lalu yang begitu pahit, traumatis dan menyakitkan hati, jiwa dan ragamu.
Aku tidak tahan untuk meyakinkanmu, Aku menyertaimu!
Namun, suara-Ku tidak engkau dengarkan, engkau malah berpaling daripada-Ku dan sibuk kesana kemari, jalan-jalan di supermarket untuk melepaskan kejenuhan & rasa sakitmu! Padahal, Aku mau menolongmu, memberikan kasih-Ku kepadamu agar engkau mampu mengasihi saudaramu serumah!
Namun, Aku berharap engkaulah yang meminta kasih-Ku itu, karena Aku tidak mau memaksakan kehendak-Ku padamu, agar engkau tulus menerima kasih-Ku!

Saat engkau merasa disaingi oleh teman-temanmu, bahkan pendapatmu tidak lagi diterima, sebagai pendapat yang bermutu, engkau begitu murung dan kecewa pada temanmu.
Mengapa engkau membiarkan dirimu kecewa karena pendapatmu ditolak, bukankah Aku jauh lebih menerima dirimu seutuhnya tanpa syarat apapun. Berpalinglah pada-Ku, lihatlah tangan-Ku, Kurentangkan agar engkau datang berlari menemui-Ku. Ku-katakan padamu, Aku menerima engkau seluruhnya, pikiran, perasaan, bahkan luka-lukamu! Kuganti hatimu yang terluka dengan hati-Ku yang sudah lebih dulu terluka, agar engkau hidup dalam pengharapan, sehingga engkau sanggup kehilangan harga diri dan gengsimu!

Saat engkau merasa tidak disapa oleh saudaramu serumah: suami, isteri, anak-anakmu, bahkan juga sahabatmu yang katanya dekat sekalipun, Aku sudah selalu menyapamu. Engkau tidak mendengarkan sapaanku setiap saat, karena engkau selalu berharap disapa manusia.
Engkau merasa sapaanku kurang engkau mengerti! Mungkinkah sapaan-Ku engkau mengerti, bila engkau mencari kepastian sapaan yang menyenangkan, sementara engkau menghindari sapaan yang menegur dan memperingatkanmu?
Sapaan-Ku kerap kali menegurmu, agar engkau tumbuh dewasa sebagai anak-anak Terang…namun engkau lebih suka menjadi anak-anak kegelapan.
Tidaklah mungkin kakimu, satu melangkah dalam Terang, yang satu lagi melangkah di dalam Gelap.
Pilihlah yang paling Kukehendaki, agar engkau hidup dalam Terang!

Akhirnya, bolehkah Ku-bertanya padamu, Siapakah Aku sebenarnya, dalam hidupmu? Bolehkah Aku menjadi Tuhan-mu dalam perjalanan hidupmu?

Aku pun menjawab, Tuhan, Engkau boleh tinggal dalam hidupku! Maafkan aku seringkali membiarkan Engkau tinggal di teras rumahku, tapi Engkau jarang kuajak masuk di kamar hatiku!


Have a nice and blessed weekend! Blasius Slamet Lasmunadi Pr




Sumber :
http://blog.pauluswinarto.com/2010/06/14/kristiani.html#more-87
http://ratnaariani.wordpress.com/2009/09/13/suatu-saat-tuhan-menjumpaiku-dia-menyapaku/
gambar : http://peperonity.com/go/sites/mview/apiek/13903306

Tidak ada komentar:

Posting Komentar