Terima kasih Atas kunjungannya

Senin, 18 April 2011

Penelitian tentang manfaat doa.

http://phiaznet.files.wordpress.com/2008/11/berdoa.jpg?w=450

Meski perkembangan teknologi sudah kian pesatnya menerpa masyarakat modern kini dan peralatan medis pun sudah sedemikian canggih, namun tetap saja manusia masih percaya akan kekuatan doa. Setiap kali menderita suatu penyakit, manusia masih berdoa kepada Tuhan untuk diberikan kesembuhan.
Sering kali doa ini terkabul dan orang tersebut diberikan kesembuhan. Inilah sebuah bukti dari kekuatan doa. Banyak peneliti berusaha menyibak rahasia dari kekuatan doa ini dilihat dari segi ilmu medis.

Penelitian seputar keterkaitan doa dan kesehatan sebenarnya sudah ada dari abad ke-19. Ilmuwan Inggris saat itu berusaha mencari jawaban dari kebiasaan Raja di Inggris yang sering sekali berdoa untuk rakyatnya.
Dalam penelitian-penelitian sebelumnya memang ditemukan adanya keterikatan doa dengan kesehatan. Penelitian pada saat itu mengambil sampel dari beberapa kepercayaan yang ada seperti Kristen, Yahudi, dan Budha.

Penelitian lain tentang kekuatan doa ini juga pernah dilakukan oleh Harvard Medical School. Dalam penelitian tersebut ditemukan sepertiga orang dewasa yang diteliti menggunakan doa sebagai bagian dari usaha kesembuhan penyakit. Dari pasien pengguna doa itu, 75% berdoa untuk kebaikan dan 22% untuk keadaan kesehatan tertentu. Dari yang berdoa itu, 70% mengaku bahwa doa sangatlah membantu.

Lalu bagaimana sampai doa bisa bisa menyembuhkan seseorang? Inilah yang sedang berusaha diungkap oleh para peneliti hingga kini. Namun, secara garis besar para peneliti memberikan praduga awal bahwa doa mampu dijadikan alat relaksasi dan mampu memancarkan energi positif.

Ketika seseorang berdoa, maka pada saat itulah orang dapat menenangkan pikirannya lepas dari aktivitas lain sehingga memberikan penyegaran jiwa dan raga. Doa juga mampu menimbulkan dampak berupa keadaan yang lebih baik dan positif dalam jiwa, pemikiran, persepsi, daya ingat, niat, kehendak, dan semacamnya. Doa memperbaiki keadaan jiwa dan emosi, serta membawa kepada keadaan tenang yang kemudian memancar ke segala sisi kehidupan bagi orang yang berdoa.

Secara ilmiah kemampuan doa ini dijelaskan oleh Pert CB (1999) dalam bukunya yang berjudul “Molecules of emotion: the science behind mind body medicine”. Ia menjelaskan bahwa emosilah kunci dari kekuatan doa itu. Emosi dapat mengaitkan apa yang mampu dilakukan doa terhadap kondisi jiwa dan raga.

Di dalam jaringan otak, terdapat sistem hypothalamikpituitary. Sistem ini merupakan saluran komunikasi utama yang menghubungkan pikiran dan emosi dengan molekul pembawa yang dilepaskan ke dalam cairan syaraf dan melewati sistem peredaran darah ke seluruh tubuh. Di tataran inilah emosi positif membangkitkan perubahan fungsi tubuh yang berdampak besar bagi kesehatan kita.

Namun, penelitian seputar kekuatan doa ini masih terus dilakukan. Masih banyak hal-hal yang belum terjawab misalnya seberapa banyak takaran yang tepat bagi seseorang untuk berdoa, bagaimana doa harus dilakukan supaya mampu berdampak langsung, dan efek doa pada kepercayaan lain yang masih belum tersentuh oleh penelitian-penelitian yang sudah ada. Di lain pihak, beberapa peneliti justru tidak ambil pusing akan penelitian seputar kekuatan doa. Kelompok ini mengatakan bahwa kepercayaan religi dan pengetahuan ilmiah tidak perlu dikaitkan, tidak semua kepercayaan religi mampu dijawab dengan penelitian.

Dunia pengobatan sedang berjalan kepada asalnya, yakni pengobatan yang holistik, yang menyembuhkan manusia sebagai insan yang utuh, tidak terbelah-belah. Manusia modern yang terpecah antara jasad material dengan ruhani yang spiritual akhirnya menemukan momentum untuk menyatukan kedua sisi ini, setelah berabad penjarakan yang menyiksa. Pun dunia kedokteran, harus mulai membuat dunianya lebih utuh, memandang manusia bukan lagi seonggok jasad wadag dengan instrumen organ, jaringan dan sel yang hidup karena aktifitas kelistrikan yang fisikal, enzim dan hormon yang kimiawi semata. Lihatlah lebih utuh, bahwa manusia adalah sesuatu yang hebat yang dikaruniai Allah jasad, ruh dan akal.
Salah satu kecenderungan baik ini saya lihat dalam tulisan Larry Dossey,MD seorang dokter Amerika yang sedang mengembangkan perspektif kedokteran yang lebih luas dari sekedar kamar operasi dan kapsul farmasi. Seperti pada umumnya dokter yang mengenyam pendidikan kedokteran sekuler, pada awalnya ia menganggap bahwa doa tak ubahnya tahayul. namun setelah berpuluh tahun praktik dan meneliti, ia tiba pada sebuah kesimpulan yang mengubah pandangannya itu, bahwa secara ilmiah doa memiliki kekuatan menyembuhkan.

Ia kemudian menulis buku yang terkenal itu: "The Healing Words" (Kata-kata yang Menyembuhkan) yang pada kata pengantarnya ia katakan bahwa dengan memasukkan seni penyembuhan yang memperhatikan segi spiritual ke dalam dunia kedokteran, buku ini akan membuka jalan menuju suatu ilmu kedokteran yang lebih efektif dan manusiawi.
Boleh saja kalangan dokter yang lain meremehkan statemen ini, dengan berpendapat bahwa penelitian -penelitian yang dilakukan untuk menunjukkan manfaat doa itu metodologinya payah, rancangan dan pengamatannya jelek sehingga hasilnya pun ecek-ecek.

Tapi coba simak dulu fakta ini: Hingga tahun 1993 para peneliti telah melakukan studi terkontrol sebanyak 131 bahkan dengan rancangan penelitian terakurat: Double Blind Randomized Control Trial. Lima puluh enam kajian ini memperlihatkan hasil-hasil yang signifikan secara statistik pada p<0,01>, sedangkan 21 studi memperlihatkan signifikansi p<0,05. Percobaan ini terkait dengan pengaruh doa terhadap enzim, ragi, bakteri, tumbuhan dan hewan serta manusia. Apabila masih dipertanyakan kualitasnya, maka harap dicatat: 10 di antaranya adalah disertasi doktoral, 2 tesis magister dan sisanya terpublikasi dalam berbagai jurnal kedokteran ternama.

Masaru Emoto dalam bukunya The True Power of Water membuktikan sekali lagi secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan betapa kata-kata yang baik mampu merubah bentuk molekul air yang semula berantakan menjadi kristal hexagonal yang indah, dan sebaliknya kata-kata negatif membuat bentuk yang buruk. Secara hipotetik sangat mungkin tubuh manusia yang antara 80 - 90 % nya adalah air memilki respon terhadap kata-kata. Dan kita sangat berhak untuk membuktikannya.

Agaknya para dokter harus membuka mata dan memberikan ruang bagi doa untuk menyembuhkan pasiennya. Jadi, tak usah segan untuk mendoakan pasien dan yang lebih penting adalah memotivasi pasien untuk mengerahkan kekayaan penyembuhan yang telah ia miliki, ialah do'a.
Berilah senyum yang menyembuhkan, dan kata-kata yang menyembuhkan. Sebuah wajah dari cinta.



Sumber : rileks,com
http://hendrigo86.wordpress.com/2009/07/03/penelitian-tentang-manfaat-doa/
Hasto Harsono
http://www.facebook.com/topic.php?uid=117886371564&topic=11621&post=50585

1 komentar: