Terima kasih Atas kunjungannya

Rabu, 15 Agustus 2012

Kaligrafi Batak.








Kaligrafi dapat diartikan sebagai seni tentang menulis indah καλλι “keindahan” + γραφος “, sesuai arti dari kata kaligrafi tersebut yang berasal dari bahasa Yunani. Tidak diketahui secara pasti kapan kegiatan kaligrafi ini dianggap sebagai suatu seni, yang jelas kaligrafi berkembang setelah peradaban manusia mampu untuk menuliskan pesan melalui terciptanya aksara oleh berbagai bangsa yang sudah mengenal tulisan.

Penulisan indah ini bukan saja terbatas pada sapuan kuas diatas kertas, tetapi sejak awalnya dapat ditemukan dalam bentuk lukisan-lukisan dinding atau seni ukir kaligrafi di dinding batu, termasuk mosaik-mosaik kaca dan pada bahan- bahan lain yang banyak digunakan oleh manusia di peradabannya, seperti pada tulang, kulit binatang, bamboo, papyrus, daun lontar, kain, kertas, dan media lain yang memungkinkan untuk itu.




Oleh karena itu seni kaligrafi tidak lagi dikenal hanya terbatas pada bentuk-bentuk huruf dari suatu peradaban, tetapi jenis-jenis mosaik sudah masuk dalam seni kaligrafi. Pada jaman keemasan Islam dimulai awal millennia ke dua banyak sekali jenis-jenis kaligrafi aksara yang dikutip dari Al Quran. Sejalan dengan itu juga berkembang jenis mosaic non-aksara yang disebut mosaic-mosaik pada bangunan, termasuk seni batik pada kain yang berkembang di Nusantara.




Pada budaya Nusantara juga sudah banyak berkembang bentuk seni kaligrafi yang diukirkan pada bangunan-bangunan kuno dengan bentuk-bentuk siluet yang mulai hanya sebatas keindahan saja sampai kepada goretan yang mengandung arti. Pembuatan batik, ukir-ukiran bangunan rumah, termasuk tulisan tulisan kuno merupakan seni kaligrafi yang spesifik di kenal diberbagai daerah di Nusantara.




Tetapi ada pesan yang disampaikan dalam seni kaligrafi dirasa penting untuk diketahui oleh komunitas yang mengenal aksara yang di-kaligrafi-kan. Pada umumnya adalah pesan-pesan moral dari suatu ajaran keagamaan atau bahkan pesan-pesan sejarah dari sebuah keagungan peradaban.

Dimulai dari peradaban kuno di Mesopotamia, Mesir, Yunani, Persia, Arab, Cina, Batak, sudah menggunakan seni kaligrafi ini sejak jaman kuno dahulu. Dari Persia sudah dikenal seni kaligrafi semasa peradaban Zoroastrian. Di Timur Jauh, seni kaligrafi sudah dikenal oleh bangsa-bangsa Cina, Jepang, dan di Cina sudah berkembang seni kaligrafi sebelum Dinasti Tang (618 M).




Pada abad pertengahan semasa pembagian Kekuasaan Romawi, di jaman Bizantium Turki juga semakin berkembang penggunaan seni kaligrafi pada bangunan-bangunan tua seperti Katedral atau Mesjid. Peradaban Kristen sudah membuat seni kaligrafi untuk penulisan Alkitab sebagai contoh untuk jenis huruf Old English Text. Peradaban Islam mencatat perkembangan seni kaligrafi marak dilakukan dalam upaya menyalin kembali pesan-pesan agama dengan huruf Arab dari Al-Quran di abad-11.




Pada gambar-gambar diatas terlihat variasi seni Kaligrafi yang awalnya dari hanya bentuk aksara yang diatur sedemikian indah, kemudian adanya kombinasi dengan tumbuhan dan kemudian berbentuk ukiran. Kesemuanya menonjolkan kreatifitas untuk menyampaikan pesan keindahan.




Seni kaligrafi Bangsa Batak tidak hanya terbatas pada bentuk uhir (ukir) tetapi termasuk juga bentuk sapuan kuas yang disebut dais (oles) dan kaligrafi ini disebut Gorga. Bentuk Gorga (Kaligrafi) ini banyak ditemukan pada ukiran-ukiran yang terdapat pada dinding-dinding Rumah Adat Batak (Ruma Gorga), termasuk pada asesoris bangunan yang memiliki makna simbolis seperti motif-motif pada ukiran Iponipon, Sitompi, Simataniari, Desa Naualu, Simarogungogung, Singasinga, Jorgom, Boras Pati, Adopadop, Ulu Paung, termasuk gorga Batara Siang pada Hombung dan banyak motif lainnya.

Pada Peralatan yang masuk dalam asesoris rumah tangga banyak juga yang menerapkan seni kaligrafi termasuk pada ukiran-ukiran peralatan ritual seperti pada Parhalaan (kalender penentu hari baik-buruk), tabutabu, abalabal (tabung tempat obat-obatan, dan lainlain.
Corak dari Ulos juga merupakan seni kaligrafi yang sangat bervariatif dan banyak ragamnya. Jenis kain ini memiliki jenis kaligrafi yang bukan dengan sapuan kuas tetapi corak tenunan. Manuskrip kuno yang terdapat pada Pustaha Laklak juga merupakan seni kaligrafi, disamping bentuk aksaranya sendiri, juga dihiasi dengan bentuk-bentuk seni goresan yang kaya dengan makna.





Belum ada pendefinisian aliran dari Kaligrafi Batak, namun ada bentuk-bentuk dominan antara benda  dikaligrafi yang satu dengan benda yang lainnya. Ada yang lebih dominan menggunakan garis-garis diagonal dan persegi dan banyak pula yang dominan dengan garis-garis lengkung seperti menirukan lekukan ombak laut, lidah api, ujung dedaunan. Umumnya bentuk-bentuk ini dipengaruhi oleh suasana dominan yang dilihat pada masanya. Misalnya bentuk-bentuk lekukan pohon rotan yang dikombinasikan dengan duri-durinya disebut Mardusi dan biasanya terletak di dinding bagian atas pintu rumah, atau bentuk tanaman pakis yang disebut Nipahu.



Sayangnya jenis seni kaligrafi ini tidak begitu banyak lagi digeluti oleh orang Batak di jaman sekarang ini, bahkan makna yang terkandung didalamnya sudah tidak dimengerti lagi oleh kebanyakan orang Batak. Banyak nilai-nilai budaya yang berkaitan dengan seni kaligrafi ini yang tidak begitu diminati lagi karena adanya sentuhan peradaban asing yang mengkonotasikan penggunaan kaligrafi itu menjadi bermakna magis dan dianggap sebagai budaya setan? Haruskah seni kaligrafi Batak dan bagian dari budayanya harus dihilangkan hanya karena ada hegemoni budaya asing yang dianggap lebih maju dan dianggap bukan mengandung unsur setan, sementara yang ada dalam Budaya Batak cenderung dianggap sebagai Budaya Betan?




Belakangan ini kreatifitas orang Batak sudah semakin berkembang untuk menginspirasikan kaligrafi dalam bentuk seni figura. Hal ini sangat menggembirakan mengingat seni kaligrafi untuk rumah-rumah tinggal sudah hampir tidak dipakai lagi, termasuk untuk peralatan peralatan yang berguna dalam kehidupan masyarakat Batak pun sudah tidak pamor lagi.
Adapun bentuk kaligrafi yang masih bertahan hanyalah dalam upaya yang bernilai komersil dalam bentuk miniatur atau bentuk-bentuk cendramata yang diusahakan secara rumahan untuk kebutuhan daerah daerah wisata. Namun kegiatan ini sudah tidak lagi memandang nilai historis dan makna yang terkandung dalam seni kaligrafi tersebut.




Adalah seorang bernama Wanjen Moradoart Simbolon sebagai seorang muda Batak yang perduli pada kelestarian nilai-nilai Budaya Batak dan salah satu diantaranya yang digelutinya adalah untuk mencoba memunculkan Aksara Batak dalam bentuk karya kaligrafi. Upaya ini tentusaja untuk mengusik nurani generasi muda untuk mengenal Aksara Batak dalam bentuk lain, yang mungkin akan lebih menarik perhatian mereka, agar aksara Batak tersebut tidak hanya menjadi kenangan dimasa mendatang.




Sumber  :   http://batakone.wordpress.com/2011/09/04/kaligrafi-batak/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar