Di Indonesia, dimana masyarakatnya mayoritas muslim, berbagai acara atau tradisi menyambut Ramadhan banyak digelar di berbagai daerah.
Tentu saja caranya berbeda-beda namun semangatnya tetap sama, yakni merupakan bentuk ucap syukur serta kegembiraan umat muslim akan datangnya bulan puasa.
Dalam kalender Islam, bulan Ramadhan akan di awali dengan datangnya bulan Sya’ban.
Nah di bulan Sya’ban ini biasanya banyak digelar upacara tradisi menyambut datangnya bulan Ramadhan.
Berikut ini tradisi menyambut ramadhan dari berbagai daerah di indonesia :
Dugderan.
Tradisi “Dugderan” ini berasal dari kota Semarang, Jawa Tengah.
Nama “Dugderan” sendiri berasal dari kata “Dug” dan “Der”.
Kata Dug diambil dari suara dari bedug masjid yang ditabuh berkali-kali sebagai tanda datangnya awal bulan Ramadhan.
Sedangkan kata “Der” sendiri berasal dari suara dentuman meriam yang disulutkan bersamaan dengan tabuhan bedug.
Tradisi yang sudah berumur ratusan tahun ini terus bertahan ditengah perkembangan jaman.
Biasanya digelar kira-kira 1-2 minggu sebelum puasa dimulai.
Karena sudah berlangsung lama, tradisi Dugderan ini pun sudah menjadi semacam pesta rakyat.
Meski sudah jadi semacam pesta rakyat–berupa tari japin, arak-arakan (karnaval) hingga tabuh bedug oleh Walikota Semarang, tetapi proses ritual (pengumuman awal puasa) tetap menjadi puncak dugderan.
Untuk tetap mempertahankan suasana seperti pada jamannya, dentuman meriam kini biasanya diganti dengan suara-suara petasan atau bleduran.
Bleduran terbuat dari bongkahan batang pohon yang dilubangi bagian tengahnya, untuk menghasilkan suara seperti meriam biasanya diberi karbit yang kemudian disulut api.
Padusan.
Berbeda dengan lainnya, di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) atau yang akrab disebut dengan kota “Serambi Mekah”, warganya menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dengan menyembelih kambing atau kerbau.
Tradisi ini disebut “Meugang”, konon kabarnya tradisi “Meugang” sudah ada sejak tahun 1400 Masehi, atau sejak jaman raja-raja Aceh.
Tradisi makan daging kerbau atau kambing ini biasa dilakukan oleh seluruh warga Aceh.
Bahkan jika ada warga yang tidak mampu membeli daging untuk dimakan, semua warga akan bergotong-royong membantu, agar semua warganya dapat menikmati daging kambing atau kerbau sebelum datangnya bulan Ramadhan.
Tradisi “Meugang” biasanya juga dilakukan saat hari raya Lebaran dan Hari Raya Haji.
Jalur pacu.
Di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, masyarakatnya memiliki tradisi yang mirip dengan lomba dayung.
Tradisi “Jalur Pacu” ini digelar di sungai-sungai di Riau dengan menggunakan perahu tradisional, seluruh masyarakat akan tumpah ruah jadi satu menyambut acara tersebut.
Tradisi yang hanya digelar setahun sekali ini akan ditutup dengan “Balimau Kasai” atau bersuci menjelang matahari terbenam hingga malam.
Balimau.
Tradisi Balimau hampir sama dengan tradisi padusa, yakni membersihkan diri dengan cara berendam atau mandi bersama-sama di sungai atau tempat pemandian.
Tradisi Balimau dilakukan oleh masyarakat Padang, Sumatera Barat. Biasanya tradisi ini dilakukan dari mulai matahari terbit hingga terbenam beberapa hari sebelum bulan Ramadhan.
Mirip dengan “Padusa”, makna dari tradisi Balimau ini berarti melakukan pembersihan diri secara lahir dan batin, agar seseorang siap menjalankan ibadah puasa.
Nyorog.
Di Betawi, tradisi “Nyorog” atau membagi-bagikan bingkisan makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua, seperti Bapak/Ibu, Mertua, Paman, Kakek/Nenek, menjadi sebuah kebiasan yang sejak lama dilakukan sebelum datangnya bulan Ramadhan.
Meski istilah “Nyorog”nya sudah mulai menghilang, namun kebiasan mengirim bingkisan sampai sekarang masih ada di dalam masyarakat Betawi.
Bingkisan tersebut biasanya berisi bahan makanan mentah, ada juga yang berisi daging kerbau, ikan bandeng, kopi, susu, gula, sirup, dan lainnya.
Tradisi “Nyorog” di masyarakat Betawi memiliki makna sebagai tanda saling mengingatkan, bahwa bulan suci Ramadhan akan segera datang, selain itu tradisi “Nyorog” juga sebagai pengikat tali silahturahmi sesama sanak keluarga.
Munggahan.
Munggahan adalah satu kegiatan berkumpul bagi anggota keluarga, sahabat dan bahkan juga teman-teman kita saling bermaaf-maafan sambil menikmati sajian makanan khas untuk kemudian mempersiapkan diri masing-masing dalam menghadapi bulan Ramadhan yang akan datang.
Tradisi ini adalah kebiasaan yang dilakukan oleh orang sunda dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan.
Biasanya tradisi ini dilakukan oleh hampir semua golongan masyarakat walaupun dengan cara yang berbeda-beda.
Tetapi intinya tetap satu, yaitu berkumpul bersama sambil menikmati sajian makanan yang disuguhkan.
Inilah tradisi yang biasa dilakukan ditengah masyarakat sunda pada umumnya yang secara turun temurun terus dipertahankan oleh setiap generasi berikutnya.
Makan kue apem.
Makan kue apem untuk menandai datangnya bulan puasa lazim dilakukan di Surabaya.
Nama kue apem dipercaya berasal dari kata ‘afwan’ dalam bahasa Arab yang artinya maaf.
Jadi secara simbolis makan kue apem bisa diartikan memohon maaf pada keluarga, sanak saudara, dan teman.
Setelah makan kue apem, orang-orang yang berkumpul biasanya bersalam-salaman saling meminta maaf, dan melanjutkan acara dengan tahlilan.
Perlon unggahan
Sebelum bulan suci mulai, masyarakat Banyumas mengadakan acara makan besar, disebut dengan Perlon Unggahan.
Berbagai macam makanan tersedia, namun yang tidak boleh absen adalah nasi bungkus, serundeng sapi, dan sayur becek.
Uniknya, serundeng sapi dan sayur becek harus disiapkan laki-laki dan jumlah mereka harus 12 orang, terutama disebabkan banyaknya kambing dan sapi yang disembelih.
Namun ternyata bukan hanya Indonesia yang memiliki tradisi menyambut datangnya bulan puasa, beberapa negara lainnya juga memiliki tradisi unik yang hanya berlangsung saat Ramadhan akan tiba.
Jepang
Dalam menyambut datangnya bulan puasa, umat Muslim Jepang akan saling berbagi kebahagiaan dengan saudaranya sesama Muslim.
Islamic Centre Jepang misalnya, telah membentuk semacam panitia Ramadhan yang bertugas menyusun kegiatan selama bulan puasa, mulai dari dialog keagamaan, majelis taklim, shalat tarawih berjamaah, penerbitan buku-buku keislaman dan segala hal yang terkait dengan pelaksanaan ibadah puasa.
Panitia juga menerbitkan jadwal puasa dan mendistribusikannya ke rumah-rumah keluarga Muslim maupun ke Masjid-Masjid.
Jadwal puasa ini juga dibagikan ke restoran-restoran halal di seantero Jepang.
Panitia ini mulai bekerja ketika telah muncul hilal dan berakhir pada saat Idul Fitri.
Jika tidak nampak hilal tanda awal puasa dimulai, maka panitia mengikuti ketetapan hilal Malaysia, negara Muslim terdekat.
Mesir.
Umat Muslim di Kairo, Mesir memiliki tradisi unik untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan.
Mereka akan memasang lampu tradisional di setiap rumah yang disebut dengan lampu Fanus.
Oleh karena itu, banyak warga Kairo yang berbondong-bondong berbelanja lampu saat menjelang bulan Ramadhan tiba.
Tradisi semacam ini telah dimulai sejak lama yakni dari zaman Dinasti Fattimiyah.
Ketika itu lampu Fanus dipasang untuk menyambut kedatangan pasukan Raja yang datang berkunjung menjelang datangnya bulan Ramadhan.
Palestina.
Selain di Mesir, tradisi menyalakan lampu ketika datang bulan Ramadhan juga dimiliki oleh warga Palestina.
Setiap bulan Ramadhan tiba, mereka akan memasang lampu Ramadhan ini di masing-masing rumah dan di sepanjang kota.
Nigeria.
Berbeda dengan Nigeria, negara Afrika ini memiliki kebiasaan yang berbeda.
Mereka akan menyambut datangnya bulan puasa dengan cara berdakwah.
Mereka akan pergi secara berombongan ke seluruh pelosok negeri untuk menyiarkan Islam.
Irak.
Lain halnya dengan di Baghdad, Irak.
Umat Muslim disana akan menyambut datangnya bulan Ramadhan dengan berbelanja di pasar Shorja (pasar tertua di Irak).
Dimana pasar ini hanya ramai ketika datang bulan puasa dan waktu buka pasar hanya dari sore hari sampai menjelang malam.
Banyak barang dagangan unik yang dapat dijumpai di pasar ini, diantaranya jajanan untuk menu buka puasa sampai perlengkapan pendukung ibadah lainnya.
Prancis.
Di Prancis tepatnya di Couronne, dimana daerah ini banyak didiami oleh imigran asal Arab, juga ada tradisi berbelanja berbagai macam pernak pernik untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan.
Dan jalan Pierre Tumbot lah yang paling terkenal ramai yang menjual berbagai macam pernak-pernik tersebut.
Italia.
Sementara di Roma, Italia, walaupun mayoritas warga kota ini bukanlah umat Muslim, kota ini juga mempunyai tradisi unik menyambut bulan suci Ramadhan.
Ketika Ramadhan tiba, banyak panganan khas yang memiliki cita rasa manis serta kurma juga dapat ditemukan dengan mudah.
Selain itu di La Grande Mosche (Masjid Agung di Roma) aktifitas menyambut datangnya bulan puasa akan nampak sekali.
Austria.
Menjelang bulan suci Ramadhan, umat Muslim di negara kelahiran Alfred Riedl ini biasanya menggelar kampanye pengumpulan paket lebaran untuk keluarga miskin dan hadiah lebaran untuk anak-anak yatim piatu di Palestina.
Kampanye ini dikordinir oleh organisasi kemanusiaan Palestina yang ada di Austria.
Kampanye yang diberi nama Feeding Fasting Palestinians ini mendapat sambutan positif dari umat Muslim Austria.
Mereka berlomba-lomba mengeluarkan sebagian hartanya untuk saudara seiman mereka di Palestina.
Untuk menyebarluaskan kampanye bantuan bagi warga Palestina ini, warga Muslim Austria menggunakan berbagai cara, seperti penyebaran poster, pemasangan iklan dan jasa pos.
Semua bantuan nantinya akan dikirimkan melalui lembaga-lembaga sosial yang beroperasi di wilayah Palestina.
Albania.
Negara lainnya di Eropa yakni Albania juga memiliki tradisi tersendiri guna menyambut datangnya bulan puasa.
Setiap datang bulan Ramadhan mereka akan menggelar kesenian yang dinamakan dengan Lodra.
Kesenian ini mirip dengan tradisi memukul bedug di Nusantara.
Namun yang membedakan, kesenian beduk Lodra Albania ini menggunakan dua buah tabung dimana masing-masing menggunakan kulitkambing dan domba.
Pemukulnya sendiri menggunakan dua buah stik yang berbeda sebagai alat pemukulnya sehingga akan menghasilkan dua jenis suara yang berbeda pula.
Inilah yang membuat beduk Albania ini khas dibanding beduk di negara kita.
Lodra akan dikombinasikan dengan perkusi serta alat tiup lainnya, sehingga Lodra nampak mirip dengan iringan musik marching band.
Seniman Lodra terkadang juga diundang khusus untuk mengiring sahur atau biasa disebut dengan Syfyr dan buka puasa atau Iftar.
Sumber :
http://www.kaskus.co.id/showthread.php?t=15484995
http://iniunic.blogspot.com/2012/07/7-tradisi-menyambut-ramadhan-di.html
http://www.unik-aneh.com/2012/07/tradisi-unik-indonesia-dunia-menyambut.html
http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2012/07/12/tradisi-unik-indonesia-dunia-menyambut-ramadhan-476466.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar