Terima kasih Atas kunjungannya

Selasa, 01 November 2011

10 Momen Piala Dunia paling bersejarah.

Piala Dunia merupakan turnamen sepakbola terbesar. Sepanjang penyelenggaraannya sejak 1930 hingga 2010 kemarin, ada begitu banyak momen yang tidak hanya menguras emosi, tetapi juga kadang mencengangkan dan tidak masuk akal.
Berikut ini 10 momen Piala Dunia paling bersejarah.



1. Gol Tangan Tuhan Maradona




Diego Maradona adalah pemain terbaik Argentina sepanjang masa. Dalam balutan ban kapten, Maradona memberikan gelar juara untuk tim tango pada 1986. Empat tahun kemudian, Maradona sendirian membawa Argentina ke final sebelum dikandaskan Jerman. Namun, tidak ada yang lebih menghebohkan selain kala ia mencetak gol melalui tangan. Peristiwa ini terjadi pada 1986. Kala itu, Argentina berhadapan dengan Inggris. Kala itu, memanfaatkan kesalahan bek Inggris yang mengirimkan bola lambung ke daerah kotak penaltinya sendiri, Maradona beradu lompat dengan kiper Peter Shilton. Maradona lebih unggul karena ia menggunakan tangan untuk “menanduk” bola masuk ke gawang Inggris. Uniknya, gol tersebut disahkan wasit. Hebatnya, dalam pertandingan yang sama, Maradona juga mencetak gol yang tak kalah spektakuler, ia melewati 5 orang pemain Inggris sebelum akhirnya menceploskan bola ke gawang The Three Lions.



2. Tandukan Zinedine Zidane




Siapa pun tak akan menyangka apa yang dilakukan Zinedine “Zizou” Zidane pada final Piala Dunia 2006. Kala itu, Zidane pada babak pertama mencetak gol melalui titik putih untuk membawa Prancis sementara unggul 1-0 atas Italia. Zidane tercatat sebagai salah satu dari sedikit pemain yang bisa mencetak gol di dua final Piala Dunia. Namun, tak lama berselang, Marco Materazzi menyamakan kedudukan.
Uniknya, dua orang ini terlibat perseteruan pada babak perpanjangan waktu. Zidane tiba-tiba saja menanduk Materazzi. Tak ayal, berkat aksi diving ala pemain Italia plus aksinya yang tak patut, Zizou diganjar kartu merah. Masuklah pemain yang sebenarnya terkenal santun ini ke ruang ganti.
Kala itu, semua orang mempertanyakan kekonyolan Zidane. Seandainya Zizou tidak dikartu merah, ia pasti menjadi algojo tendangan penalti dan mungkin saja Italia gagal dalam adu penalti tersebut.
Usut punya usut, ternyata Materazzi mengolok-olok bahwa ibu dan saudara perempuan Zidane adalah (maaf) seorang pelacur. Bagi Zidane, tindakannya bukanlah hal bodoh. Ia tengah membela keluarganya. Materazzi yang mengolok-olok, baru beberapa waktu lalu menyatakan kebenaran bahwa ia memang bertindak kurang ajar.



3. Gol Lampard Yang Dianulir




Tuhan tahu, tapi menunggu. Demikian kata Leo Tolstoy. Itulah yang terjadi dalam Piala Dunia 2010. Kala itu Inggris kembali berhadapan dengan seteru abadi mereka, Jerman. Tim Panser sempat unggul 2-0 sebelum Matthew Upson menipiskan jarak. Ketika kedudukan demikian, Frank Lampard melepaskan tendangan yang membentur tiang gawang, jatuh ke belakang garis, sebelum mental lagi keluar. Dari tayangan ulang, bola itu masuk. Namun, wasit tidak mengesahkan gol tadi. Inggris frustrasi dan akhirnya dibantai Jerman 4-1.
Nyatanya, kejadian ini adalah pembalasan tragedi serupa pada 1966. Kala itu, Inggris yang diuntungkan. Sontekan Geofft Hurst aslinya belum masuk gawang Jerman. Namun, wasit menganggapnya sebagai gol sehingga Inggris menang 4-2 dan menjadi kampiun Piala Dunia. Jika pada 1966 Inggris membuat Jerman gigit jari, pada 2010 kemarin giliran Jerman yang berbuat sebaliknya.



4. Tiga Kartu Merah untuk Josip Simunic




Faktor lupa tidak bisa dihilangkan dari manusia. Demikian juga pada wasit Graham Poll yang memimpin pertandingan Kroasia dan Australia di penyisihan grup Piala Dunia 2006. Kala itu, Poll membuat keputusan unik. Pemain Kroasia, Josep Simunic, dihadiahinya tiga kartu kuning sebelum diganjar kartu merah dan keluar lapangan. Beruntunglah bagi Poll, Simunic menerima kartu kuning kedua dan ketiganya pada masa injury time; bukan sepanjang pertandingan.
Sementara itu, barangkali ketika Pool menghadiahi Simunic kartu kuning kedua dan tidak mencabut kartu merah, Simunic akan berpikir, tengah ada peraturan baru di Piala Dunia.



5. Aksi Si Kuncung Ronaldo




Kita terbiasa melihat Ronaldo dengan kepala plontosnya. Namun, pada final Piala Dunia 2002 menghadapi Jerman, Ronaldo menyulap rambutnya menjadi kuncung. Ajaib, berkat model rambut terbarunya itu, Ronnie berhasil memborong dua gol Brazil ke gawang Oliver Kahn sehingga tim Samba memenangi Piala Dunia untuk kelima kalinya.
Dengan dua golnya itu, Ronaldo juga berhasil menepis anggapan bahwa ia hanya bisa mengantar klub atau tim yang dibelanya meraih posisi runner-up. Pada Piala Dunia 2006, tanpa rambut kuncungnya, Ronaldo dan Brazil mesti merasakan kekalahan dari Prancis di babak perempatfinal.



6. Kartu Merah David Beckham




Pada Piala Dunia 1998, terjadi pertandingan yang menguras emosi dua Negara. Inggris berhadapan dengan Argentina. Selain faktor politik perebutan Pulau Malvinas, Inggris jelas ingin membalas kekalahan menyakitkan dari gol tangan Tuhan Maradona pada Piala Dunia 1986. Namun, malang nasib The Three Lions.
Kala itu, David Beckham terlanggar Diego Simeone. Kala wasit menyiapkan tendangan bebas untuk Inggris, kaki Beckham bergentayangan menyikat kaki Simeone. Alhasil, Simeone memanfaatkan kesempatan dengan berakting berlebihan. Wasit pun menghukum Beckham dengan kartu merah.
Kesalahan fatal Beckham itu membuat Inggris mesti tersingkir dari Piala DUnia karena kalah adu penalti dari Argentina. Selepas pertandingan hingga beberapa waktu kemudian, Beckham nyaris tak termaafkan oleh publik Inggris. Ya, seandainya Beckham tidak mau balas dendam, barangkali lain ceritanya.



7. Gol Bunuh Diri Andres Escobar




Sepakbola biasa menjadi ajang taruhan. Hal itu lumrah terjadi di Amerika Selatan. Namun, kalau sepakbola bisa membuat seorang pemain tewas ditembak, tentu lain ceritanya. Andres Escobar dari Kolombia, membuat gol bunuh diri kala timnya berhadapan dengan Amerika Serikat di Piala Dunia 1994. Akibatnya, Kolombia kalah mengenaskan 1-2 atas tim anak bawang seperti AS.
Kala tiba di tanah airnya, Escobar tewas ditembak oleh mafia Kolombia. Ya, bagi mafia tersebut, gara-gara Escobar melakukan gol bunuh diri, mereka kalah taruhan dalam jumlah fantastis. Daripada bingung menyalahkan siapa, tampaknya demikianlah cara mereka “membalas dendam”



8. Telegram Kematian dari Benito Mussolini




Semua orang mengenal Mussolini dengan fasismenya yang pernah menguasai Italia. Namun, sedikit yang menyadari bahwa prestasi Italia pada Piala Dunia 1938 tak lepas dari ancaman Mussolini.
Konon, sebelum pertandingan final antara Italia dan Hungaria, para pemain Italia menerima sebuah telegram dari sang diktator. Dalam telegram tersebut, tertulis pesan Menang atau mati!
Bagi Mussolini, kemenangan adalah harga mati; yang tidak hanya mengharumkan nama Italia, tetapi juga membubungkan namanya. Akhirnya, Italia menang 4-2 dalam pertandingan tersebut.
Penjaga gawang Hungaria berkata, mungkin saja ia kebobolan 4 gol. Namun, yang penting, ia “menyelamatkan” nyawa para pemain tim Azzuri.



9. Piala Dunia Yang Retak




Kita tentu masih ingat bagaimana kecerobohan Sergio Ramos membuat Copa del Rey yang direbut Real Madrid dengan susah payah, mesti rusak. Demikian juga dengan Martin Sketelenberg yang “membuang” trofi juara liga Ajax Amsterdam.
Piala Dunia juga bernasib sama. Hal ini terjadi pada 2006. Italia berhasil menjadi juara setelah menaklukkan Prancis dalam adu penalti. Ketika tengah menikmati rasanya membawa trofi Piala Dunia, konon kapten Fabio Cannavaro tidak sengaja membuat piala tersebut retak. Yang jelas, gara-gara hal ini, trofi tersebut mesti direparasi dahulu.



10. Gol Ahn-Jun Hwan




Kontroversi menyelimuti penyelanggaraan Piala Dunia 2002 di Jepang-Korea Selatan. Tim negeri ginseng yang dilatih Guus Hiddink secara mengejutkan berhasil menumpas Polandia, Portugal, Italia, dan Spanyol hingga masuk ke semifinal sebelum ditekuk Jerman 1-0. Yang paling bersejarah tentu gol Ahn Jung Hwan, pemain Korea Selatan yang saat itu bermain untuk klub Serie A, Perugia. Berkat golnya pada babak perpanjangan waktu, Korea Selatan unggul atas Italia 2-1. Gol Ahn Jung Hwan ini jelas menyakitkan tim Azzurri. Dalam pertandingan itu sendiri, terasa bagaimana wasit cenderung memihak Korea Selatan. Konon, pasca pertandingan, pelatih Perugia saat itu, Serse Cosmi, mengaku ogah lagi memakai jasa Ahn Jung Hwan, yang barangkali dianggap sebagai pengkhianat



Sumber :
http://top10.sidomi.com/6287/10-momen-piala-dunia-paling-bersejarah-bagian-1/
http://top10.sidomi.com/6298/10-momen-piala-dunia-paling-bersejarah-bagian-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar