Terima kasih Atas kunjungannya

Selasa, 13 September 2011

Seni memimpin di era ketidakpastian.




Hidup adalah ketidakpastian. Setiap hari adalah ketidakpastian.
Apakah hari ini adalah akhir dari hidup kita, tidak ada yang tahu, karena semuanya adalah ketidakpastian.
Upaya untuk mencari kepastian justru akan bermuara pada kekecewaan.

Dunia pun sedang berada dalam situasi tidak pasti.
Krisis ekonomi menciptakan ketidakpastian dan kecemasan diri.
Banyak orang belum mendapatkan pekerjaan yang menunjang hidup dan harga diri.
Di belahan dunia lain, seorang teroris membunuh secara membabi buta, tanpa refleksi.

Di dalam situasi itu, kita perlu sosok pemimpin yang baru.
Tidak hanya itu kita sendiri pun harus jadi pemimpin yang siap menghadapi dunia yang selalu berkembang baru.
Di dalam dunia yang bergerak tanpa arah, sosok pemimpin yang menyediakan prinsip-prinsip hidup yang pasti justru amat diperlukan.
Justru di tengah ketidakpastian hidup, kita membutuhkan prinsip-prinsip yang pasti, persis untuk mengarungi ketidakpastian yang ada.

Beberapa Prinsip

Menurut Moss Kanter, 2011 ada lima hal yang amat diperlukan oleh para pemimpin di era ketidakpastian.
  • Yang pertama adalah kemampuan untuk memberikan kepastian dalam proses yang tengah berjalan. Manusia tidak bisa mengontrol hasil tindakannya. Yang bisa ia kontrol adalah proses yang ada, supaya berjalan lebih maksimal. Itulah yang pertama-tama harus dilakukan oleh seorang pemimpin.
    Seorang pemimpin tidak boleh berkata, bahwa saya tidak tahu. Ia harus mengajak orang lain berdiskusi tentang apa yang penting untuk dilakukan, dan kemudian melakukannya tanpa ragu.
    Sekali lagi perlu diingat, kita tak bisa mengontrol hasil. Yang bisa kita kontrol adalah proses, dan seorang pemimpin harus memberi kepastian di dalam proses yang tengah berjalan.

  • Yang kedua seorang pemimpin perlu untuk melakukan pembersihan di era ketidakpastian. Krisis dan ketidakpastian adalah suatu kesempatan, di mana kita bisa melihat hal-hal yang menghambat, dan apa yang mengembangkan.
    Hal-hal yang tidak produktif dan menghambat harus dilepaskan. Ia bisa melakukan “cuci gudang” yang memang amat diperlukan untuk merampingkan organisasi yang tengah berjalan.

  • Yang ketiga bagi Kanter, justru di dalam ketidakpastian, seorang pemimpin perlu membuka ruang yang cukup besar bagi aliran-aliran ide yang ada. “Membuka ruang untuk aliran ide”, demikian tulis Kanter, “membersihkan ketidakpastian.” Daripada energi untuk berpikir digunakan untuk menciptakan isu-isu yang tidak pasti, seorang pemimpin bisa menggunakannya untuk menemukan jalan keluar alternatif dari krisis yang terjadi.

  • Yang keempat di dalam situasi kritis dan tidak pasti, justru seorang pemimpin perlu untuk memberikan penghargaan pada kolega ataupun konsumen yang setia. Di dalam proses ini, satu hal yang pasti, ia akan memperoleh teman yang setia. Di dalam hidup yang penuh ketidakpastian, kehadiran seorang teman yang setia adalah sesuatu yang amat berharga dan bermakna.

  • Yang kelima di dalam situasi krisis dan ketidakpastian, seorang pemimpin justru harus tetap berpegang pada tujuan dan visi yang menjadi pegangan organisasi. Di dalam ketidakpastian situasi, nilai-nilai yang menjadi roh organisasi justru harus diangkat, ditekankan, dan digunakan untuk memberi pegangan. Nilai-nilai luhur organisasi adalah penjaga di tengah badai yang menciptakan kecemasan.
    Masalah menjadi relatif ketika orang diingatkan akan apa yang penting dalam hidup. Inilah komponen kepemimpinan yang amat penting di dalam situasi yang tidak pasti dan sulit. “Nilai-nilai”, demikian tulis Kanter, “membantu kita fokus pada masa depan, dan bukan hanya pada masalah-masalah hari ini.” Nilai-nilai mengikat kita bersama, walaupun situasi tak menentu, dan ketidakpastian terus ada.

Kanter mengingatkan bahwa seorang pemimpin perlu untuk terus berkomunikasi, terlibat, membangun relasi, dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip hidupnya. Inilah yang membuatnya berhasil membawa orang-orang yang dipimpinnya keluar dari krisis dan ketidakpastian yang ada.

Paradoksnya adalah justru di tengah ketidakpastian, dan hidup yang memang tidak pernah pasti, seorang pemimpin perlu berpegang teguh pada prinsip hidup yang ia yakini, tanpa pernah tergoda untuk melepasnya. Ia perlu untuk tetap “pasti”, walaupun dunia dan gerak hidup seolah terus menentangnya.




Reza A.A Wattimena
Penulis adalah Dosen Filsafat Politik, Fakultas Filsafat UNIKA Widya Mandala, Surabaya





Sumber : http://rumahfilsafat.com/2011/07/30/seni-memimpin-di-era-ketidakpastian/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar