Terima kasih Atas kunjungannya

Jumat, 02 September 2011

A n t i b i o t i k .



Gunakan Antibiotik Secara Tepat

Antibiotik? Siapa Takut? Mungkin begitulah kira-kira pikiran kebanyakan pasien Indonesia ketika diberi resep oleh dokternya ketika berobat...
Karena sudah seringnya diberi antibiotik, kita langsung aja meminumnya tanpa mempertanyakan dahulu apakah benar kita perlu antibiotik?
Lalu kapan sih kita perlu dan kapan tidak?

Antibiotik ditemukan oleh Alexander Flemming pada tahun 1929 dan digunakan untuk membunuh bakteri secara langsung atau melemahkan bakteri sehingga kemudian dapat dibunuh dengan sistem kekebalan tubuh kita.
Antibiotik ada yang merupakan ;
  • produk alami,

  • semi sintetik, berasal dari alam dibuat dengan beberapa perubahan agar lebih kuat, mengurangi efek samping atau untuk memperluas jenis bakteri yang dapat dibunuh,

  • full sintetik.


Jenis antibiotik


  • Narrow spectrum, berguna untuk membunuh jenis-jenis bakteri secara spesifik. Mungkin kalau di militer bisa disamakan dengan sniper, menembak 1 target dengan tepat.
    Antibiotik yang tergolong narrow spectrum adalah ampicillin dan amoxycilin (augmentin, surpas, bactrim, septrim)

  • Broad spectrum, membunuh semua jenis bakteri didalam tubuh, atau bisa disamakan dengan bom nuklir.
    Dianjurkan untuk menghindari mengkonsumsi antibiotik jenis ini, karena more toxic dan juga membunuh jenis bakteri lainnya yang sangat berguna untuk tubuh kita.
    Antiabiotik yang termasuk kategori ini adalah cephalosporin (cefspan, cefat, keflex, velosef, duricef, etc.)


Bakteri


Bakteri berdasarkan sifat fisiknya dapat dibagi menjadi dua, yaitu gram positif (+) dan gram negatif (-).
Infeksi dibagian atas difragma (dada) umumnya disebabkan oleh bakteri gram (+) sedangkan infeksi dibagian bawah difragma disebabkan oleh bakteri gram (-). Biasanya, infeksi yang disebabkan oleh gram (+) lebih mudah dilawan.
Didalam tubuh kita banyak sekali terdapat bakteri, bahkan salah satu kandungan ASI adalah bakteri.
Jadi, sebenarnya, kebanyakan bakteri tidaklah "jahat".

Manfaat bakteri diusus kita adalah :
  • Bakteri mengubah apa yang kita makan menjadi nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.

  • memproduksi vitamin B & K.

  • memperbaiki sel dinding usus yang tua dan sudah rusak.

  • merangsang gerak usus sehingga kita tidak mudah muntah (konstipasi).

  • menghambat berkembang biaknya bakteri jahat dan secara tidak langsung mencegah tubuh kita agar tidak terinfeksi bakteri jahat.


Sekarang kita tahu manfaatnya, jadi jangan lagi minum antibiotik tanpa alasan yang jelas, karena hal ini akan membunuh bakteri yang baik tersebut.



Virus


Walaupun sesama mikro-organisme, virus ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan bakteri.
Mereka berkembang biak dengan menggunakan sel tubuh kita, jadi virus akan mati bila berada diluar tubuh.
Catatan penting: virus tidak dapat dibunuh oleh obat dan antibiotik sama sekali tidak bekerja terhadap virus.
Virus hanya bisa dibasmi oleh sistem imun atau daya tahan tubuh kita, salah satunya adalah dengan demam. Demam merupakan bagian dari sistem daya tahan tubuh yang bermanfaat untuk membasmi virus, karena virus tidak tahan dengan suhu tubuh yang tinggi.
Jadi apabila anak/ anda mengalami demam, sebaiknya tidak diobati apabila suhu tubuhnya tidak terlalu tinggi.

Menurut penelitian, ada 3 kondisi yang umumnya diterapi dengan antibiotik, yaitu ;

1. Demam,
2. Radang tenggorokan,
3. Diare.

Padahal, sebenarnya, penggunaan antibiotik untuk kondisi diatas tidaklah tepat dan tidak berguna.
Dibawah ini petunjuk kapan antibiotik tidak bekerja:

1. Colds & Flu
2. Batuk atau bronchitis
3. Radang tenggorokan
4. Infeksi telinga. Tidak semua infeksi telinga membutuhkan antibiotik.
5. Sinusitis. Pada umumnya tidak membutuhkan antibiotik.

Penggunaan antibiotik tidak pada tempatnya dan berlebihan tidak akan menguntungkan, bahkan merugikan dan membahayakan.



Dibawah merupakan beberapa jenis infeksi bakteri yang umumnya terjadi dan membutuhkan terapi antibiotik :


  • Infeksi saluran kemih.

  • Sebagian infeksi telinga tengah atau biasa disebut otitis media

  • Sinusitis yang berat (berlangsung lebih dari 1 minggu, sakit kepala, pembengkakan di daerah wajah)

  • Radang tenggorokan karena infeksi kuman streptokokus (umumnya menyerang anak berusia 7 tahun atau lebih sedangkan pada anak usia 4 tahun hanya 15% yang mengalami radang tenggorokan karena kuman ini)


Bagaimanakah caranya mengetahui bakteri yang menginfeksi.

Untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri biasanya dengan melakukan kultur yang membutuhkan beberapa hari untuk observasi.
Contohnya apabila dicurigai adanya infeksi saluran kemih, lab. mengambil sample urin dan kemudian dikultur, setelah beberapa hari akan ketahuan bila ada infeksi bakteri berikut jenisnya.



Efek Negatif antibiotik


Dibawah adalah efek samping yang dialami pemakai apabila mengkonsumsi antibiotik ;
  • Gangguan saluran cerna (diare, mual, muntah, mulas) merupakan efek samping yang paling sering terjadi.

  • Reaksi alergi. Mulai dari yang ringan seperti ruam, gatal sampai dengan yang berat seperti pembengkakan bibir/kelopak mata, gangguan nafas, dll.

  • Demam (drug fever). antibiotik yang dapat menimbulkan demam bactrim, septrim, sefalsporoin & eritromisin.

  • Gangguan darah. Beberapa antibiotik dapat mengganggu sumsum tulang, salah satunya kloramfenikol.

  • Kelainan hati. antibiotik yang paling sering menimbulkan efek ini adalah obat TB seperti INH, rifampisin dan PZA (pirazinamid).

  • Gangguan fungsi ginjal. Golongan antibiotik yang bisa menimbulkan efek ini adalah aminoglycoside (garamycine, gentamycin intravena), Imipenem/Meropenem dan golongan Ciprofloxacin. Bagi penderita penyakit ginjal, harus hati-hati mengkonsumsi antibiotik.


Pemakaian antibiotik tidak pada tempatnya dan berlebihan (irrational) juga dapat menimbulkan efek negatif yang lebih luas (long term), yaitu terhadap kita dan lingkungan sekitar, contohnya :
  • Irrational use ini juga dapat membunuh kuman yang baik dan berguna yang ada didalam tubuh kita. Sehingga tempat yang semula ditempati oleh bakteri baik ini akan diisi oleh bakteri jahat atau oleh jamur.
    Kondisi ini disebut juga sebagai superinfection.

  • Pemberian antibiotik yang berlebihan akan menyebabkan bakteri-bakteri yang tidak terbunuh mengalami mutasi dan menjadi kuman yang resistance terhadap antibiotik, biasa disebut SUPERBUGS.
    Jadi jenis bakteri yang awalnya dapat diobati dengan mudah dengan antibiotik yang ringan, apabila antibiotiknya digunakan dengan irrational, maka bakteri tersebut mutasi dan menjadi kebal, sehingga memerlukan jenis antibiotik yang lebih kuat. Bayangkan apabila bakteri ini menyebar ke lingkungan sekitar. Lama kelamaan, apabila pemakaian antibiotik yang irrational ini terus berlanjut, maka suatu saat akan tercipta kondisi dimana tidak ada lagi jenis antibiotik yang dapat membunuh bakteri yang terus menerus bermutasi ini. Hal ini akan membuat kita kembali ke zaman sebelum antibiotik ditemukan, dimana infeksi yang diakibatkan oleh bakteri ini tidak dapat diobati sehingga angka kematian akan drastis melonjak naik.


Note: Semakin sering mengkonsumsi antibiotik, semakin sering kita sakit. The less you consume antibiotik, the less frequent you get sick.

Inappropriate antibiotik Use

Berjuta-juta resep ditulis yang mencantumkan antibiotik untuk infeksi virus, padahal kita semua tahu antibiotik tidak berguna untuk memerangi virus.
Ada 3 alasan mengapa apparopriate use of antibiotik ini terjadi, yaitu:
  • Diagnostic uncertainty.

  • Time pressure.

  • Patient Demand.
    People don't want to miss work or they have a sick child who kept the family up all night and they're willing to try anything that might work.
    It's easier for the physician to give AB than to explain why it might be better not to use it.


Benar, seringkali kitapun sebagai pasien juga berperan didalam antibiotik irrational use ini.
Sudah terbentuk persepsi didalam pasien Indonesia, dimana kita beranggapan bahwa kalau pulang dari kunjungan dokter itu harus membawa resep. Malah akan aneh kalau kita tidak pulang dengan membawa resep.
Hal ini justru mendorong dokter untuk meresepkan antibiotik ketika tidak diperlukan. Sebaiknya sikap ini sedikit demi sedikit kita hilangkan.



How we can Help


  • Rubah sikap kita ketika berkunjung ke dokter dengan menanyakan;
    Apa penyebab penyakitnya? bukan apa obatnya.

  • Jangan sedikit-sedikit minta dokter untuk meresepkan antibiotik.
    Jangan mengkonsumsi antibiotik untuk infeksi virus seperti flu/ pilek, batuk atau radang tenggorokan.
    Kalau merasa tidak nyaman akibat infeksi tsb. tanya dokter bagaimana cara meringankan gejalanya, tetapi tidak dengan antibiotik.

  • Tidak mempergunakan Desinfektan dirumah, cukup dengan air dan sabun.
    Hanya diperlukan bila di rumah ada orang sakit dengan daya tahan tubuh rendah (pasca transplantasi, anak penyakit kronis, pemakaian steroid jangka panjang, dll.).




Battle of the Bugs: Fighting antibiotik Resistance.


Masalah bakteri yang kebal terhadap antibiotik (antibiotik resistance) ini telah menjadi masalah global dan sudah sejak beberapa dekade terakhir dunia kedokteran mencanangkan perang terhadap antibiotik resistance ini.

Ada petunjuk yang dapat dilakukan untuk perihal pemakaian antibiotik yang rasional, yaitu :
  • Kurangi pemakaian antibiotik, jangan menggunakan antibiotik untuk infeksi virus.

  • Gunakan antibiotik hanya bila benar-benar diperlukan dan mulailah dengan antibiotik yang ringan atau narrow spectrum.

  • Untuk infeksi yang ringan (infeksi saluran nafas, telinga atau sinus) yang memang perlu antibiotik, gunakan antibiotik yang bekerja terhadap bakteri gram (+).

  • Untuk infeksi kuman yang berat (infeksi dibawah diafrgma, seperti infeksi ginjal/ saluran kemih, apendisitis, tifus, prneumonia, meningitis bakteri) pilih antibiotik yang juga membunuh kuman gram (+).

  • Hindari pemakaian lebih dari satu antibiotik, kecuali TBC atau infeksi berat di rumah sakit.

  • Hindarkan pemakaian salep antibiotik, kecuali untuk infeksi mata.


Bila anda memperoleh terapi antibiotik, pertanyakanlah hal-hal berikut :
  • Why do I need antibiotik?

  • Apa yang dilakukan antibiotik?

  • Apa efek sampingnya?

  • Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya efek samping?

  • Apakah antibiotik harus diminum pada waktu tertentu, misalnya sebelum atau sesudah makan?

  • Bagaimana bila antibiotik ini dimakan bersamaan dengan obat yang lain?

  • Beritahu pula bila anda mempunyai alergi terhadap suatu obat atau makanan, dll.




Final Message


Sebagai konsumen kesehatan yang bertanggung jawab, sebaiknya kita juga berperan aktif dengan cara menggali dan mempelajari pengetahuan dasar ilmu kesehatan.
Dengan begitu kita akan menjadi konsumen kesehatan yang smart and critical.
So, semoga tulisan ini dapat menambah pengetahuan dasar ilmu kesehatan para pembaca.

Tulisan ini dibuat bukan untuk menentang pemakaian antibiotik. Sebaliknya kita harus mengetahui bagaimana pemakaian antibiotik yang benar dan tepat karena justru antibiotik yang irrational akan menyebabkan antibiotik menjadi impotent atau kehilangan manfaatnya.
Antibiotics save lives, therefore we also have to save Antibiotics.



ditulis Dr. Purnamawati Sp A, seorang dokter spesialis anak dan pengasuh milis kesehatan.



KESEHATAN : MEMATIKAN LAMPU KETIKA TIDUR MALAM


Mematikan lampu ketika tidur malam yang gelap diam-diam berkolaborasi dengan tubuh. Hanya dalam keadaan yang benar-benar gelap tubuh menghasilkan Melantonin, salah satu hormon dalam sistem kekebalan yang mampu memerangi dan mencegah berbagai penyakit termasuk kanker payudara dan kanker prostat.

Sebaliknya, tidur dengan lampu menyala di malam hari sekecil apapun sinarnya menyebabkan produksi hormon melantonin terhenti.

Biolog Joan Roberts menemukan rahasia ini setelah melakukan percobaan pada hewan.
Ketika hewan diberi cahaya buatan pada malam hari, melantoninnya menurun dan sistem kekebalan tubuhnya melemah.
Rupanya, cahaya lampu - seperti juga TV - menyebabkan hormon menjadi sangat lelah. Oleh karena itu, selain menghemat energi, dengan mematikan lampu ketika tidur merupakan cara alami untuk meningkatkan kesehatan tubuh.




Sumber : http://www.makhluqbanget.co.cc/2010/04/kesehatan-antibiotik.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar