Terima kasih Atas kunjungannya

Senin, 29 Agustus 2011

Nyanyian kebahagiaan.





Manusia adalah kekasihku dan aku adalah kekasih manusia.
Aku merindukan manusia dan manusia jatuh hati kepadaku.
Namun, dalam mencintainya
aku mendapatkan saingan yang menyusahkan aku dan menyiksa manusia.

Ia adalah binatang buas yang kejam.
Ia adalah sebuah benda yang biasa disebut materi,
yang selalu mengikuti kami,
kemanapun kami pergi.
Ia menguntit kami bagaikan pengawal.

Aku mencari kekasihku di hutan belantara,
tapi aku tidak menemukannya.
Aku juga telah mencarinya di bawah pohon-pohon,
tapi aku tidak dapa menjumpainya.
Aku berusaha menemukanya di tepi danau,
tapi aku hanya menemukan kegagalan.





Rupanya, sang materi telah menipu kekasihku.
Ia telah membawanya ke kota,
ke tengah masyarakat.
Ia membawa kekasihku menuju kerusakan dan kesengsaraan.

Aku berusaha menemukan kekasihku
di pondok-pondok pengetahuan
dan di kuil-kuil kebijaksanaan,
tetapi ia tidak kutemukan.
Sebab sang materi yang berpakaian tanah,
telah membimbingnya ke tempat-tempat logika egoisme,
tempat dimana nafsu dan agresivitas bermukim.

Aku telah mencarinya di kebun-kebun kepasrahan,
tetapi aku juga gagal menemukannya.
Sebab musuhku telah mengikatnya di kegelapan gua-gua ketamakan
dan lorong-lorong keserakahan.

Saat pagi tiba,
ketika matahari bangun dan tersenyum di peraduan timur,
dan tersenyum, aku memanggil-manggil kekasihku,
tetapi ia tidak mendengar panggilanku.
Rasa kantuk yang menahannya, telah memberati kedua matanya.

Pada sore hari,
saat kesunyian memimpin perhelatan malam
dan ketika bunga-bunga mulai tidur,
aku mulai merayu dan membujuknya.
Namun ia tidak menyambutku,
sebab hatinya disibukkan oleh kerinduan akan datangnya pagi.





Manusia, sang kekasih yang kucintai,
menuntutku agar mengikutinya dalam setiap tindakannya.
Itu tidak mungkin,
sebab ia hanya bisa bertemu denganku dalam pekerjaan yang direstui oleh Allah.

Kekasihku manusia, ingin bercinta denganku di istana kemulian,
yang di bangunnya di atas tumpukan tengkorak orang-orang lemah,
yang didirikannya di atas limpahan emas dan perak kezaliman.

Hal itu sangat tidak mungkin terjadi,
Sebab aku tidak akan menghampirinya,
kecuali ia menugguku di rumah kemuliaan pekerti dan kemurahan hari,
yang di bangun oleh para dewa di atas anak sungai perasaan.

Kekasihku itu ingin menciumku di hadapan para tiran dan para pembunuh yang kejam. Keinginanya mustahil kupenuhi,
sebab aku tidak akan membiarkan mulutku diciumnya,
kecuali diantara bunga-bunga kesucian.

Kekasihku mengharapkan agar tipu muslihat menjadi penengah diantara kami.
Aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi,
sebab penengah yang kuinginkan adalah perbuatan suci dan perbuatan yang indah.

Sesungguhnya, kekasihku telah mempelajari teriakan kekejaman dunia dari sang materi yang menjadi musuhku. Oleh karena itu aku akan mengajarkan kepadanya, bagaimana meneteskan airmata perasaan dari kelopak mata batinnya.

Sesungguhnya, kekasihku telah mempelajari kebisingan dunia dari sang materi.
Oleh karenanya aku akan mengajarkan kepadanya,
bagaimana menyuarakan keluhan panjang,
untuk memohon kesempurnaan hidup.

Hal itu kulakukan,
sebab aku telah menyatakan bahwa manusia adalah kekasihku dan milikku dan aku adalah miliknya.



Maha karya Kahlil Gibran


Sumber : http://yuninasir.blogspot.com/2011/03/nyanyian-kebahagiaan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar