Terima kasih Atas kunjungannya

Senin, 09 Mei 2011

Pelaku atau sekedar pengamat.



Mereka yang mengaku oposisi, mengaku berada di pihak rakyat, mengaku generasi pembaharuan lah....apapun nama kalian itu sama sekali tidak membawa perubahan baik bagi diri anda maupun orang-orang disekitar anda *termasuk yang baca status anda* OK…

Yah, baru saya sadari beberapa hari belakangan ini. Ternyata itulah yang membedakan antara pelaku dengan pengamat.
Saya ulang sekali lagi ’Pelaku & Pengamat’.
Beda signifikan antara pelaku dengan pengamat terletak pada cara eksekusi mereka terhadap keadaan. Saya ambil contoh saja sepak bola. Sederhananya dalam sebuah permainan ada pemain (pelaku) dan penonton (pengamat).

Hiruk pikuk dan ocehan atau barangkali sumpah serapah pasti menjadi topping tersendiri dalam pertandingan tersebut. Ketika itu David Beckam menyia-nyiakan kesempatan memasukkan bola ke dalam gawang, padahal jarak bola dengan gawang hanya beberapa inchi saja.

Si David Beckam cuma senyum-senyum dan bergumam pada diri sendiri, tetapi suporter tidak mau tahu, mereka memuntahkan kekecewaan dan kekesalan dalam bentuk apapun yang bisa mereka lampiaskan. Beberapa memaki dan berteriak hingga tenggorokannya sariawan atau bahkan urat lehernya sampai berkeretak.

Tapi kalau menurut aku sih, biarpun suporternya teriak sampai mulutnya rusak David Beckam tetap saja jadi pemain sepak bola dengan gaji yang sangat besar



Itulah beda pengamat dengan pelaku. Pelaku ditakdirkan untuk menorehkan sejarah, mereka yang membuat sejarah, mengeksekusi ide dengan tindakan. Sementara pengamat tugas pokoknya mengkritik, memaki, menyalahkan, walaupun sebenarnya jika mereka diberi wewenang yang sama dengan si pelaku untuk melakukan suatu pekerjaan, niscaya pekerjaan itu jadi tambah kacau.

Kalau dipikir-pikir masalah yang dihadapi pelaku dan pengamat bisa jadi sama. Meskipun masalah yang sedang diributkan sama tetapi respons kedua belah pihak berbeda jauh.

Masalah Gayus misalnya, dimana-mana orang menghujat gayus, menghujat pengemplang pajak, menghujat mafia hukum, dan isu pun berkembang bahkan ada yang bilang Satgas anti mafia hukum hanya pura-pura mengejar uang rakyat yang dirampok koruptor tapi endingnya memeras minta bagian...

Bagaimanapun hujatan itu diledakkan dari mulut orang-orang, biarpun tenggorokan penghujat itu gersang namun peristiwa akan tetap bergulir.Demikianlah beda antara pelaku dengan pengamat. Being 1% population, jadilah pelaku dan biarkan anjing menggonggong mengejar kita, karena sesungguhnya mereka hanya tidak mampu untuk menjadi sesuatu yang lebih besar. Mereka hanya menggertak menakuti saja.

Pengamat bisanya hanya meneropong dari jauh, kalau yang dilakukan pelaku ada baiknya maka dia diam saja. Tapi ketika seorang pelaku melakukan kesalahan sedikit saja maka pengkritik itu telah bersiap meluncurkan senjata penghancurnya.

Pelaku pasti mencari respons atau hikmah positif dari tindakannya walaupun boleh dibilang 95% yang dia lakukan adalah kesalahan. Pengamat akan selalu melihat segi negatif dari apapun yang telah dilakukan oleh pelaku walaupun seluruhnya berupa kebaikan.Dan sejarah tidak akan mengingat nama penonton tapi sejarah pasti menulis nama pemain. Tidak ada didunia ini seorang pengamat sejarah dikenal oleh dunia, yang ada pelaku sejarahlah yang namanya sering disebut.

Saya memiliki galeri yang berisi beberapa ilustrasi foto pelaku dengan pengamat, silahkan anda bedakan sendiri. Siapa Pengamat dan siapa Pelaku





























































Sumber : http://noesangpemulungoneng.blogspot.com/2011/01/pelaku-atau-sekedar-pengamat.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar