Terima kasih Atas kunjungannya

Minggu, 30 Januari 2011

Menjadi Pendengar yang baik.


Tahukah Anda bahwa suatu penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa 90% masalah atau kegagalan dalam pekerjaan disebabkan oleh komunikasi yang kurang efektif.

Dari penelitian itu terungkap bahwa acapkali komunikasi yang dilakukan ternyata tidak dapat mencapai hasil yang maksimal, sehingga yang muncul malah miskomunikasi yang verujung pada salah pengertian dalam bekerja.

Padahal komunikasi itu sendiri merupakan transmisi ide, pesan atau gagasan seseorang kepada orang lain untuk menciptakan "pengertian" antara pengirim dan penerima hingga tercapai suatu tindakan yang produktif.

Salah satu faktor yang menyebabkan proses komunikasi tidak berjalan secara baik ternyata terletak pada keterampilan mendengarkan baik dari pihak pemberi pesan (sender) maupun penerima pesan (receiver).

Kegiatan berbicara dan mendengar merupakan dinamika komunikasi. Dalam kegiatan berbicara terdapat pula kegiatan bertanya. Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki setiap pelaku komunikasi.

Di samping keterampilan berbicara dalam komunikasi kita harus memiliki keterampilan mendengar. Sayangnya, banyak dari kita hanya mahir berbicara tetapi kurang sekali dalam melakukan kegiatan "mendengar".

Sering kali kita memperhatikan orang yang berkomunikasi seolah-olah mendengar tetapi sesungguhnya tidak "mendengar", karena yang bersangkutan tidak menyimak apa yang diucapkan lawan bicaranya.

Menyimak dan mendengar adalah berbeda. Kita boleh mendengar tapi belum tentu menyimak. Kita dapat membeli alat pendengaran, tetapi tidak dapat membeli alat simak.

Kemampuan kita untuk menyimak bersumber dari sikap kita. Mulut kita hanya satu sedangkan kuping kita ada dua. Ini berarti, kita dituntut untuk lebih terampil "mendengar" ketimbang berbicara.

Namun, pada kenyataannya bila kegiatan komunikasi berlangsung tampaknya kita lebih senang berbicara daripada "mendengar". Faktor mendengar ternyata bagian penting dari keseluruhan proses komunikasi.

Hasil komunikasi tidak optimal jika orang yang terlibat dalam proses komunikasi tidak mau/tidak berupaya saling mendengar. Jadi, mendengar dalam kegiatan komunikasi diperlukan.

Karyawan yang teruji dalam kecakapan insani (softskills) yang sangat tinggi tingkat menyimaknya juga tinggi. Makin tinggi daya menyimak makin meningkat pula kecakapan insani karyawan.

Jika kita mendengar dengan baik daya empati kita terhadap sesama (orang lain) juga akan baik, karena dasar dari empati adalah mendengar secara baik apa yang dialami orang lain.

Adapun, empati adalah dasar kita untuk meningkatkan ketajaman softskill kita yang merupakan kecakapan penting bagi keberhasilan karyawan di dunia kerja.

Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa softskills mampu menyumbang 80% dari keberhasilan unjuk kerja kita di perusahaan (achived performance).

Bahkan tidak hanya di perusahaan di tingkat pemerintahan pun diperlukan kepiawaian softskills dalam mengelola negara ini. Konon di Indonesia ini banyak orang pintar secara akademis yang memiliki jabatan strategis di pemerintahan, tetapi sangat kurang kecakapan insani mereka.

Bangkitnya Indonesia dari keterpurukan multidimensional sampai sekarang belum dapat diwujudkan. Disinyalir yang membuat kita lambat dalam merealisasikan potensi-potensi yang ada di negara kaya raya ini adalah faktor lemahnya softskills atau kecakapan insani para pemimpin.

Meningkatkan softskills

Kecakapan pemimpin kita dalam hal ini masih perlu terus-menerus ditingkatkan. Para rakyat pemilih pemimpin harus disadari bahwa kecakapan akademik atau faktor teknis saja tidak cukup dipakai kerja sang pemimpin.

Karena hanya 20% andilnya dalam kesuksesan unjuk kerja, dibutuhkan faktor nonteknis yaitu kecakapan insani yang dapat mengelola, mengoordinasikan potensi insani yang terdapat dalam dirinya dan orang lain yang berinteraksi dengannya.

Untuk mencapai tingkat kecakapan yang optimal dalam softskills berarti kita perlu terus mengasah keterampilan mendengar yang baik, karena keterampilan mendengar ini merupakan awal dan cikal bakal bertumbuh dan kembangnya softskills yang diperlukan dalam bekerja di sektor manapun.

Berikut ini diketengahkan resep yang berisi enam hal yang perlu diperhatikan bila kita melakukan kegiatan mendengar yang baik. Keenam hal ini berasal dari enam huruf dari kata LISTEN (bahasa Inggris) yang berarti mendengar, uraiannya seperti di bawah ini :

Look and look intererested (lihat dan lihatlah dengan penuh minat). Pada saat mendengar pandanglah lawan bicara Anda dengan penuh antusias dan minat, jangan memalingkan muka Anda.

Identify the issue (identifikasi masalah yang disampaikan). Cobalah berupaya mencari tahu persoalan atau poin-poin pesan yang disampaikannya.

Suspend the judgment (jangan cepat-cepat menghakimi). Maksudnya adalah jangan terburu-buru kita memastikan pesan-pesan yang disampaikan lawan bicara kita sebelum melakukan hal di bawah ini:

Test your understanding (ujilah pemahan Anda). Untuk mengetahui secara benar apa pesan(persoalan) yang disampaikan lawan bicara kita perlu mengujinya melalui pertanyaan seperti....apakah yang dimaksud oleh Anda itu adalah....

Exclude your emotions (kesamping­kan emosi Anda). Dalam mendengar­kan Anda diminta untuk bersabar dan tidak menampakkan emosi, misalnya, dengan cepat-cepat memotong pembicaraan lawan bicara secara kasar.

Notes, noises and non verbal (membuat catatan, mengeluarkan suara tertentu dan gerakan nonverbal). Bila perlu Anda diminta untuk menuliskan poin-poin penting, atau mengeluarkan suara tertentu yang mengindikasikan bahwa Anda benar-benar sedang memperhatikan lawan bicara seperti suara em...oh ya... dsb.

Serta lengkapi kegiatan mendengar anda dengan gerakan-gerakan nonverbal seperti mengangguk-angguk, menggeleng-gelengkan kepala dan sebagainya yang membuat lawan bicara Anda merasa yakin pesannya memang betul-betul disimak oleh Anda.

Akhirnya, kita perlu memahami bahwa komunikasi, kecakapan mendengar, perilaku empati dan kepiawaian dalam mengelola potensi insani (softskills) merupakan unsur-unsur yang saling mengikat dan merupakan suatu keniscayaan dalam menghasilkan unjuk kerja yang berkualitas sebagaimana hasil penelitian di dunia kerja menunjukkan hal-hal tersebut.

Aries Munandar
Dosen Luar Biasa Psikologi Pelayanan dan Komunikasi Bisnis Fakultas Ilmu Budaya dan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang


Sumber :
Bisnis Indonesia.
http://harliewee.blogspot.com/2010/12/menjadi-pendengar-yang-baik.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar