Terima kasih Atas kunjungannya

Minggu, 16 Januari 2011

Ketika aku terkena HIV / AIDS.


HIV/AIDS??? Siapa sih yang mau terjangkit penyakit tersebut? Jangankan HIV/AIDS, siapa yang mau terkena serangan jantung, Hepatitis, TBC, Kusta, Kanker, Diabetes….???? Tidak ada bukan? Intinya setiap orang ingin hidupnya berjalan dengan lancar dengan tubuh yang sehat dan terbebas dari berbagai penyakit yang tidak hanya membuat orang akan menderita jasmani. Tapi juga membuat beban pikiran yang justru akan membuat orang lebih cepat mati. Belum lagi berbagai biaya pengobatan yang bagi sebagian besar masyarakat Indonesia mungkin sangat jauh dari kesanggupan, semakin membuat harapan untuk sembuh jauh melayang-layang di awan. Itu bukan klise, ini realita!
HIV/AIDS, bosan membicarakan apa itu HIV/AIDS secara pengertian lengkap dengan berbagai istilah ilmiahnya. Secara garis besar semua orang mungkin telah membaca, mendengar, mengkaji, apa itu HIV/AIDS. Tapi pernahkah terlintas di pikiran kita, ketika aku yang terkena HIV/AIDS, akan seperti apa jadinya? Mungkin sebagian orang akan menjawab, akh..imposible lah… kan aku orang baik-baik. Tak pernah pakai Narkoba apalagi ikutan seks bebas! Jadi tak mungkinlah aku kena penyakit begituan.

Tapi tahukah anda?
PENDERITA HIV/AIDS DI INDONESIA CAPAI DUA RATUS RIBU ORANG???
Artinya ada 200.000 penderita HIV/AIDS yang tersebar diantara kita. Itu baru angka real yang berhasil di data. Selebihnya?? Yang jelas jauh lebih besar dari angka tersebut. Dan penderita HIV/AIDS, pada stadium tertentu sama sekali tidak terlihat beda dengan kita. Dan mereka bisa ada dimana saja! Di pasar,mall, sekolah, jalan, rumah sakit, taman, bengkel, bahkan mungkin di rumah kita sendiri. Lalu siapa yang berani bertaruh atas nama takdir, bahwa kita sepenuhnya terlepas dari ancaman HIV/AIDS? Bahkan bila kita adalah seorang suci yang selalu bersemayam dengan doa-doa? Tahukah kita tentang mereka yang terkena HIV/AIDS karena donor darah, dll yang tak ada hubungannya dengan seks bebas maupun Narkoba.

Simak kisah berikut :

Seorang sahabat yang berprofesi sebagai perawat, waktu itu dia bekerja di sebuah RS Swasta. Mendapat tugas merawat seorang pasien HIV/AIDS. Ketika selesai memasang jarum infus ke tangan pasien, tanpa sengaja jarum tersebut menusuk tangannya. Padahal teman ini sudah sedemikian hati-hatinya melakukan pekerjaan tersebut. Of course hal ini membuat teman itu panik bukan main. Syukurlah, sampai saat ini dia terlihat sehat walafiat. But who knows? Bukankah jalannya (masa inkubasi) penyakit ini panjang dan berliku?

Cerita lain, yang kualami sendiri, dan juga menginspirasi aku untuk membuat tulisan ini. Sebagai seorang Bidan yang sehari-hari bertugas di desa dengan peralatan seadanya aku kerap di hadapkan kepada sebuah pilihan yang sulit. Pilihan antara menyelamatkan diri sendiri (dalam hal ini proteksi diri terhadap bahaya berbagai penyakit menular terutama Hepatitis dan HIV/AIDS) atau menyelamatkan bayi tak berdosa yang mungkin akan membawa pencerahan bagi keluarga dan bangsa.
Beberapa kali menghadapi kasus kelahiran dimana sang bayi membutuhkan pijat jantung dan pernafasan buatan. Dan beberapa kali pula, pertolongan tersebut dapat membuat bayi menjadi lebih baik. Masalahnya pernafasan buatan dengan cara mouth to mouth, walaupun dengan dilapisi kassa, sangatlah tidak aman. Karena salah satu cara penularan HIV/AIDS adalah lewat kontak langsung dengan cairan tubuh., melalui luka terbuka atau jaringan lunak yang terbuka, atau kontak dengan mukosa di mulut, mata, atau hidung. Dan bayi yang baru lahir tentu saja masih melekat dengan cairan tubuh sang ibu, air ketuban (walaupun telah dikeringkan).
Dan yang membuat HIV/AIDS terasa begitu dekat adalah, riwayat beberapa pasien tersebut. Ada dari mereka yang doyan berganti pasangan. Adapula suaminya yang suka jajan! Walaupun dengan segenap kehati-hatian di setiap tindakan dalam pekerjaanku, tetap saja HIV/AIDS menjadi salah satu prioritas yang wajib didalami, dibahas, pun dimengerti.
Siapa yang ingin mengidap HIV/AIDS? Tak ada. Tapi yang harus dipahami adalah siapapun bisa terjangkit penyakit tersebut. HIV/AIDS bukan penyakit kutukan yang hanya diperuntukkan buat mereka-mereka yang suka berbuat dosa. Bergelimangan zina dan bermandikan barang haram. Terlepas dari adanya kelompok tertentu yang memang mempunyai faktor resiko lebih besar. Siapapun, dimanapun, bisa saja tertular penyakit tesebut. Dan pernahkah terpikir, salah satu diantara 200.000 penderita HIV/AIDS adalah seseorang yang biasa bertemu kita di pasar, bersua ketika mengantar anak ke sekolah, atau sekedar berpapasan di jalan. Seseorang itu bisa saja kenalan, kerabat, keluarga, atau bahkan diri kita sendiri atau mungkin memang bukan siapa-siapa.
Lalu jika demikian, ketika diri kita sendiri yang terkena HIV/AIDS, akankah HIV/AIDS hanya akan tetap menjadi milik mereka segelintir orang yang peduli, milik pemerintah dengan dinas kesehatannya dengan rumah-rumah sakitnya, dengan dinas sosialnya. Akankah HIV/AIDS hanya akan kita lihat dan amati sebagai slogan-slogan yang banyak terpampang dan berbagai wacana yang kita tonton sepenggal lalu saluran televisi kita ganti ke berita gosip?
Mungkin tidak lagi. Ketika diri kita sendiri yang terkena HIV/AIDS mungkin kita akan tepana, terduduk lama tak percaya, mungkin menangis, menyesali, atau memandang dunia lebih indah agar semua bisa dilalui dengan lebih mudah (yang terakhir ini kemungkinan terakhir yang mungkin terjadi setelah melewati proses yang panjang).
Entahlah. kita juga tak mau sok memahami sesuatu yang pasti sangat sulit buat dijalani.

Tapi percayalah, tak seorangpun yang ingin tertular HIV/AIDS. Tak mereka yang memang jauh dari kelompok beresiko, tidak juga mereka yang memang akrab dengan keadaan yang membawa mereka menjadi dekat dengan kemungkinan tertular HIV/AIDS.

Aku bukan seorang aktivis yang membawa misi memberantas HIV/AIDS. Bukan juga utusan pemerintah untuk menyampaikan program penanggulangan HIV/AIDS. Aku hanya penulis dan manusia biasa yang menyadari dan ingin berbagi tentang betapa HIV/AIDS ternyata amat dekat dengan kehidupan kita. Mungkin saja ada salah satu dari pembaca (cukup satu saja, tak usah banyak-banyak) yang kemudian tergerak dan lebih peduli terhadap masalah HIV/AIDS. Dan semoga banyak dari kita yang lebih berempati terhadap para penderita HIV/AIDS, karena… siapapun bisa terkena HIV/AIDS!!!

Perlu diketahui…
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV;[1] atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.

Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.

Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Terkadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
(http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS)



Sumber : http://nursmartinfo.blogspot.com/2010/05/ketika-aku-terkena-hivaids.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar